Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Sawit Dibayangi Koreksi Harga CPO, Cek Rekomendasi Mirae Asset

Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan investor mencermati saham TAPG dan DSNG.
Kebun sawit./ Joshua Paul - Bloomberg
Kebun sawit./ Joshua Paul - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan suku bunga global akan membayangi prospek harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) serta emiten sektor perkebunan pada sisa tahun 2022.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM menuturkan, kenaikan suku bunga yang cukup agresif tahun ini turut berdampak pada pelemahan harga komoditas, termasuk CPO.

Menurutnya, dampak lanjutan yang dikhawatirkan dari kenaikan suku bunga The Fed adalah langkah serupa yang akan diikuti beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia. Kenaikan suku bunga akan memperbesar peluang terjadinya resesi.

“Potensi ini tentunya berdampak langsung pada tingkat permintaan komoditas seperti CPO,” kata Roger saat dihubungi Bisnis, Rabu (28/9/2022).

Roger melanjutkan, tren harga CPO ke depannya juga masih akan cukup tertekan. Hal ini seiring dengan masih terbukanya peluang kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi akan terjadi pada bulan November dan Desember mendatang.

Jika kenaikan suku bunga tersebut terealisasi, maka harga CPO berpotensi melanjutkan pelemahan. Sehingga, kinerja emiten-emiten perkebunan akan turut mengalami tekanan.

Sementara itu, untuk rekomendasi saham, Roger mengatakan investor dapat mencermati TAPG dan DSNG. Menurutnya, daya tarik dua emiten tersebut berasal dari kinerja yang impresif pada semester I/2022 lalu.

Sebelumnya, Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, koreksi harga CPO hingga ke bawah level 3.500 ringgit per ton disebabkan oleh pasar yang terbebani oleh sentimen peningkatan produksi.

"Sementara itu, permintaan di pasar nabati juga tengah menurun karena perlambatan ekonomi global," ujarnya.

Sutopo memprediksi, koreksi harga CPO masih akan terjadi pada sisa tahun ini. Prospek harga CPO dibebani oleh musim panen yang akan berimbas pada kenaikan produksi. Di sisi lain, tingkat permintaan belum terlihat akan pulih akibat potensi resesi global.

Seiring dengan hal tersebut, Sutopo memprediksi harga CPO dapat terkoreksi hingga ke level 3.000 ringgit per ton.

"Kami proyeksi range harga CPO hingga akhir 2022 pada 3.000 hingga 4.000 ringgit per ton," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper