Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham UNVR Kena ARB, BNI Sekuritas Rekomendasikan Sell

BNI Sekuritas merekomendasikan turun saham Unilever Indonesia (UNVR) dari buy untuk 3 bulan dan 12 bulan hold menjadi sell karena pertumbuhan yang lambat.
Sanjiv Mehta (tengah), resmi menjadi Presiden Komisaris PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR). /Bisnis-Iim F. Timorria.
Sanjiv Mehta (tengah), resmi menjadi Presiden Komisaris PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR). /Bisnis-Iim F. Timorria.

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang di bawah ekspektasi membuat rekomendasi analis terhadap sahamnya turun. Saham UNVR anjlok 6,92 persen hingga terkena auto reject bawah (ARB) ke level Rp4.980 pada penutupan perdagangan kemarin, Jumat (28/10/2022).

Dalam risetnya, Equity Research Anaylst BNI Sekuritas Patricia Gabriela dan Laksmita Febriyanti menilai penurunan penjualan dan marjin yang masih menurun menyebabkan laba bersih UNVR ikut turun.

Laba bersih UNVR pada kuartal III/2022 turun 11 persen secara kuartalan menjadi Rp1,2 triliun, sehingga laba bersih sepanjang tahun hingga September 2022 menjadi Rp4,6 triliun, tumbuh 5 persen secara tahunan, sejalan dengan perkiraan konsensus sebesar 73 persen tetapi berada di bawah perkiraan BNIS sebesar 70 persen sementara rata-rata 5 tahun 75 persen.

Penjualan turun 5 persen secara kuartalan pada kuartal III/2022, masih tumbuh 2 persen secara tahunan, sesuai dengan perkiraan, karena perusahaan mengurangi tingkat perdagangan di distributor untuk respon dan kecepatan inovasi yang lebih tinggi ke pasar.

"Pengurangan stok perdagangan berlanjut di kuartal IV/2022, diperkirakan pertumbuhan penjualan akan lambat lagi. Perusahaan menargetkan untuk melanjutkan pengurangan stok perdagangan di kuartal IV/2022," jelasnya dalam riset dikutip Sabtu (29/10/2022).

Dengan demikian, diperkirakan pertumbuhan sell-in akan lebih lambat dari sell-out pada kuartal berikutnya. Dia memperkirakan pada kuartal IV/2022 pertumbuhan penjualan sebesar 2 persen, sehingga pertumbuhan penjualan pada tahun penuh 2022 menjadi 4 persen. Kinerja tersebut lebih rendah dari asumsi pertumbuhan PDB sebesar 5,2 persen.

Persaingan yang ketat menghasilkan tertundanya pencapaian marjin kotor yang terendah. Awalnya BNI Sekuritas memperkirakan marjin kotor UNVR akan mencapai titik terendah pada kuartal III/2022 terkait dengan tren penurunan biaya bahan baku yaitu CPO.

Namun, perusahaan menyampaikan pandangan marjin kotor kemungkinan akan tetap rendah pada kuartal IV/2022 karena perusahaan masih menghadapi biaya bahan baku yang tinggi karena lindung nilai (hedging), juga persaingan yang ketat dengan perusahaan sejenis mendorong perusahaan memotong harga pada beberapa produknya supaya mempertahankan daya saing.

BNI Sekuritas merekomendasikan turun UNVR dari buy untuk 3 bulan dan 12 bulan hold menjadi sell karena pertumbuhan yang lambat dan valuasi yang tidak menarik.

"Target harga [TP] baru kami sebesar Rp4.800 masih berdasarkan P/E 2023F sebesar 28x atau 1 standar deviasi di bawah rata-rata 3 tahun. Kami menggunakan basis TP kami ke YE-2023F. Di luar pemulihan yang lambat pada 2022F, kami melihat valuasi UNVR tidak menarik," katanya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper