Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Naik Usai Hasil Sikap Agresif The Fed

Wall Street menguat tajam pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, karena data ekonomi yang lemah mengisyaratkan bahwa kebijakan agresif Fed mulai berdampak.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street menguat tajam pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, karena data ekonomi yang lemah mengisyaratkan bahwa kebijakan agresif Fed mulai berdampak, sementara penurunan imbal hasil obligasi pemerintah mendorong momentum reli.

Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 1,07 persen, menjadi 31.836,74 poin. Indeks S&P 500 terangkat 1,63 persen, menjadi berakhir di 3.859,11 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 246,51 poin atau 2,25 persen, menjadi 11.199,12 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah positif, dengan sektor real estat dan material masing-masing terdongkrak 3,94 persen dan 2,53 persen, memimpin keuntungan. Sementara itu, sektor energi tergelincir 0,05 persen, satu-satunya kelompok yang menurun.

Ketiga indeks saham utama AS naik untuk sesi ketiga berturut-turut, dengan saham-saham megacaps terkemuka di pasar memberikan kekuatan paling atas. Indeks S&P 500 telah merebut kembali sekitar 8,0 persen dari palung penutupan 12 Oktober.

Penurunan imbal hasil obligasi membantu reli pasar. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan turun sekitar 13 basis poin menjadi 4,1 persen pada Selasa (25/10/2022) sore. Imbal hasil pada surat utang pemerintah 2-tahun yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga juga menurun.

Pasar ekuitas biasanya bergerak negatif dengan imbal hasil obligasi, karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan membuat investasi ekuitas menjadi kurang menarik.

Ada peningkatan diskusi tentang titik terang bahwa situasi yang buruk akan segera berakhir untuk kenaikan suku bunga Fed," kata Bill Merz, kepala riset pasar modal di U.S. Bank Wealth Management di Minneapolis seperti dikutip dari Antara.

Ia juga memperingatkan bahwa tidak akan diketahui untuk beberapa waktu apakah inflasi yang tinggi selama beberapa dekade "secara tegas menuju target Fed."

"Kami melihat sedikit penangguhan dalam dolar dan imbal hasil obligasi jangka panjang telah turun sedikit," tambah Merz. "Faktor-faktor itu digabungkan untuk memberikan ruang bagi sedikit reli."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper