Bisnis.com, JAKARTA – Sinyal resesi pada 2023 terus bergaung dan bakal berdampak kepada pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia. Hal ini termasuk bisa membawa yield obligasi pemerintah untuk tenor 10 tahun mencapai 7,8 persen.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan sinyal resesi tahun depan sedikit banyak akan berdampak pada perekonomian Indonesia, karena mengakibatkan inflasi tinggi dan banyak harga komoditas naik.
“Kondisi ini tidak tahu sampai kapan. Selain karena sisa pandemi, yang menjadi pemicu kan perang Rusia Ukraina, banyak komoditas global naik, sehingga inflasi naik, otomatis bunga global market sekarang naik,” kata Ramdhan saat dihubungi Bisnis, Selasa (25/10/2022).
Dalam kondisi normal, ekonomi global pasti akan tumbuh. Persoalannya, hingga kini perang antara Rusia-Ukraina belum kunjung usai, yang akan melemahkan ekonomi, termasuk di Indonesia.
Ramdhan menjelaskan kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral negara-negara untuk menekan inflasi juga akan membuat harga obligasi turun, tetapi yield meningkat.
“Akhirnya potensi pelemahan masih sangat terbuka, dan sampai akhir tahun penerbitan obligasi akan agak ngerem karena akan naik suku bunganya. Saya prediksi yield untuk tenor 10 tahun bisa sampai 7,8 persen,” jelasnya.
Baca Juga
Sebagai pertimbangan bagi investor, harus cermat melihat histori emiten penerbit obligasi, bagaimana kemampuan emiten untuk membayar, ratingnya, dan keaktifan menerbitkan obligasi. Pasalnya, emiten yang aktif menerbitkan obligasi akan lebih dipercaya dan lebih mudah diterima.