Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah berpotensi mengalami pelemahan di tengah sinyal kenaikan suku bunga AS yang belum akan berhenti hingga akhir 2022. Mampukah rupiah menguat kembali ke bawah Rp15.000 per dolar AS?
Analis Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan bahwa dengan suku bunga The Fed (FFR) masih akan terus naik, ditambah dengan berbagai ketidakpastian global, Mirae Asset Sekuritas merevisi targetnya untuk rupiah di hadapan dolar AS.
“Kami merevisi rupiah melawan dolar AS menjadi rata-rata Rp14.935 per dolar AS pada akhir tahun ini, dari sebelumnya di Rp14.585 per dolar AS,” tulisnya dalam riset, dikutip Senin (24/10/2022).
Rully menyebutkan, analis masih optimistis rupiah masih dapat terapresiasi dari posisinya saat ini, didorong oleh pertumbuhan PDB yang kuat dan neraca fiskal dan eksternal yang solid.
“Kami juga meyakini bahwa Bank Indonesia akan terus mengambil langkah pertahanan yang akan membawa rupiah ke posisi fundamentalnya dengan menaikkan suku bunga sampai dengan 5 persen pada akhir tahun,” jelasnya.
Baru-baru ini Bank Indonesia menaikkan suku bunga menjadi 4,75 persen. Hingga Oktober 2022, total kenaikan suku bunga BI sudah mencapai 1,25 persen.
Baca Juga
“Kami juga memperkirakan akan ada pengetatan likuiditas di sistem keuangan, terutama likuditas forex sebagai imbas dari pelemahan rupiah dan penguatan dolar AS,” imbuhnya.
Pada perdagangan terakhir Jumat (21/10/2022), rupiah ditutup terkoreksi 60 pon atau 0,39 persen ke Rp15.631 per dolar AS meskipun Bank Indonesia telah mengambil langkah kenaikan suku bunga.