Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 mengawali perdagangan hari ini, Kamis (13/10/2022), dengan penguatan tipis ke posisi 584,8.
Mengutip data Bloomberg, indeks hasil kerja sama Bursa dengan harian Bisnis Indonesia tersebut naik 0,33 poin atau setara 0,06 persen.
Dari 27 konstituen, 10 saham terpantau mengawali perdagangan di zona hijau, 5 saham stagnan, dan mayoritas 12 saham berada di zona merah sampai pukul 09.05 WIB.
Saham PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) menjadi saham dengan kenaikan tertinggi pada awal perdagangan dengan penguatan 2,64 persen ke posisi 1.555 per saham. Menyusul di belakangnya saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang naik 2,41 persen sehingga berada di level 3.820.
Selanjutnya terdapat saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang naik 1,75 persen ke level 4.070 per saham. Saham PTBA, BBNI, dan INCO menyusul, masing-masing dengan kenaikan sebesar 0,94 persen, 0,87 persen, dan 0,76 persen.
Sementara itu, saham-saham pemberat Indeks Bisnis-27 dengan penurunan terdalam dipimpin oleh PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang turun 2,11 persen. Saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) juga ikut turun dengan koreksi 1,61 persen ke 1.530 per saham.
Baca Juga
Adapun saham yang dibuka stagnan di antaranya adalah MNCN, TBIG, dan UNVR.
Pergerakan indeks Bisnis-27 sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengawali perdagangan stagnan di 6.909,20. Namun sampai pukul 09.11 WIB, IHSG terpantau bergerak di zona hijau dan sempat mencapai level tertinggi 6.931,51.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan pergerakan IHSG hari ini akan mengandalkan pergerakan harga saham batu bara, nikel, dan timah, seiring dengan tekanan jual yang bakal berlanjut.
Setelah hanya diberikan nafas satu hari menguat di hari Selasa, Edwin mengatakan Indeks Dow Jones Industrial Average kembali terjungkal sebesar 0,1 persen, sementara Indeks Nasdaq melanjutkan penurunan hari keenam pada perdagangan Rabu. Pelemahan terjadi setelah rilis data Producer Price Index (PPI) AS untuk September yang meningkat ke level 8,5 persen, sedikit di atas konsensus ekonom di 8,4 persen.
Selain itu, hasil pertemuan The Fed memberi indikasi berlanjutnya kebijakan suku bunga tinggi untuk memerangi inflasi.
"Kejatuhan Indeks DJIA tersebut berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan Kamis ini. Selain itu, tekanan jual di Bursa Indonesia berpotensi masih tetap terjadi menyusul jatuhnya harga beberapa komoditas," ungkapnya dalam riset, Kamis (13/10/2022).