Bisnis.com, JAKARTA – Turunnya nilai transaksi kripto di Indonesia sepanjang 2022 disebabkan oleh faktor makroekonomi yang tidak pasti dan tren pengetatan kebijakan moneter di AS.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, mengatakan penurunan volume transaksi kripto di Indonesia adalah efek domino dari keadaan pada pasar global. Menurutnya, pasar kripto global tengah dihantam oleh situasi makroekonomi yang kurang baik sepanjang tahun ini.
Ia menjelaskan, guncangan sistem keuangan global dapat memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto.
“Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini membuat situasi crypto winter bisa terjadi,” katanya dikutip dari keterangan resmi, Senin (10/10/2022).
Manda melanjutkan, lesunya pasar kripto juga didorong oleh kebijakan moneter AS, yang membuat investor kurang bergairah. Seperti diketahui, menurut Statista, AS memiliki volume perdagangan Bitcoin terbanyak di bursa.
Pengetatan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuannya guna menekan inflasi bisa mengancam pasar kripto. Kenaikan suku bunga akhirnya menyebabkan harga komoditas yang lebih tinggi dan daya beli melemah, investor akan menjauhi market.
Baca Juga
Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat investor juga cenderung wait and see. Keadaan ini kemudian mulai terasa di Indonesia hingga memicu turunnya nilai transaksi.
“investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil,” jelasnya.
Data terbaru dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat pada 2021 lalu, total nilai transaksi perdagangan aset kripto mencapai Rp 859,5 triliun. Sedangkan, total nilai transaksi pada Januari-Agustus 2022 tercatat sebesar Rp249,3 triliun atau turun 56,35 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara dari sisi jumlah investor, per Agustus 2022 terdapat 16,1 juta pelanggan dengan rata-rata kenaikan jumlah pelanggan terdaftar sebesar 725 ribu pelanggan per bulan. Artinya, jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan.