Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Jepang melonjak pada Selasa (4/10/2022) terlepas dari berita Korea Utara yang menembakkan rudal ke Jepang.
Hal ini karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah memicu ekspektasi perlambatan laju pengetatan bank sentral Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 2,96 persen ke level 26.992,21. sementara itu, indeks Topix melonjak 3,21 persen ke level 1.906,89.
Saham teknologi menjadi pendorong terbesar indeks Topix setelah penurunan imbal hasil Treasury AS mendorong investor untuk melakukan akumulasi saham. Adapun saham Itochu Corp. mencatat penguatan terbesar pada indeks Nikkei dengan 8,3 persen.
Bursa Jepang masih menguat bahkan setelah Korea Utara menembakkan rudal ke Jepang untuk pertama kalinya sejak 2017.
Rudal ini kembali ditembakkan hanya beberapa hari setelah meluncurkan rudal balistik ke Laut Jepang meskipun telah menimbulkan protes dari dunia internasional.
Baca Juga
Sebuah sumber pemerintah Jepang mengatakan rudal itu mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang sekitar 3.000 kilometer timur negara itu di Samudra Pasifik setelah terbang sejauh 4.000 km.
Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan Jepang "memprotes keras" terhadap peluncuran rudal terbaru, yang disebutnya "keterlaluan."
Ini adalah kali ketujuh Korea Utara meluncurkan rudal di atas negara Jepang, terakhir mereka melalukan hal serupa yakni pada September 2017 lalu.
Bursa Jepang juga mengekor pergerakan bursa Asia setelah bank sentral Australia memutuskan kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil dari perkiraan. Semalam, Indeks S&P 500 membukukan kenaikan terbesar sejak Juli setelah penurunan ukuran aktivitas pabrik Institute for Supply Management menunjukkan ekonomi AS mulai goyah.
Namun, fund Manager Aizawa Securities Group Ikuo Mitsui mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tren penurunan pasar saham AS AS telah benar-benar berakhir
Saham Jepang masih banyak terpengaruh pada gejolak pasar global. Faktor risiko masih ada di depan, termasuk kinerja perusahaan dan pemilihan paruh waktu AS.
“Namun, saham Jepang akan mendapatkan lebih banyak dari normalisasi permintaan, yang telah memperlambat pemulihan di AS dan Eropa,” kata Mitsui.
Saham Jepang telah mengungguli AS dan rekan-rekan global tahun ini karena melemahnya yen ke level terendah 24 tahun mengangkat prospek keuntungan bagi eksportir.
Pergerakan pasar telah didorong oleh perbedaan kebijakan bank sentral. The Fed mengejar jalur kebijakan hawkish untuk menjinakkan inflasi, sementara Bank of Japan mempertahankan sikap easy-money-nya.
Indeks Topix turun kurang dari 5 persen, jauh lebih baik dari indeks S&P 500 dan Indeks MSCI Asia Pasifik yang melemah lebih dari 20 persen.