Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Volatil, Investor Bisa Lakukan Strategi Ini

Koreksi pada reksa dana saham terjadi seiring menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,92 persen selama sepekan lalu.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana saham diprediksi akan fluktuatif selama beberapa waktu ke depan seiring dengan rentetan sentimen negatif dari domestik dan luar negeri.

Berdasarkan laporan Infovesta Utama pada Senin (3/10/2022), kinerja reksa dana saham pada periode 23–30 September 2022 terpantau turun 1,65 persen. Adapun, secara year-to-date (ytd) reksa dana saham mencatatkan return positif sebesar 0,95 persen.

Koreksi pada reksa dana saham terjadi seiring menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,92 persen selama sepekan lalu.

“Dari domestik, pasar merespon sentimen negatif dari global yang semakin dekat dengan potensi resesi. Hal ini terlihat pada kinerja IHSG yang melemah,” jelasnya dalam laporan tersebut.

Sementara itu, dari luar negeri, Dow Jones Industrial Average (DJI) mengalami pelemahan 1.71 persen ke level 28.725. Adanya sentimen kekhawatiran resesi global menjadi tekanan pada DJI.

Pemangkasan tarif dasar Pajak Pendapatan, pemangkasan Bea Materai Pajak Tanah, pembebasan pajak hingga 100 persen untuk investasi pabrik dan mesin memunculkan kekhawatiran pasar terkait defisit fiskal Inggris.

“Hal ini mengakibatkan pelaku pasar khawatir akan adanya defisit anggaran pemerintah Inggris yang akan membengkak. serta akan mendorong tingkat inflasi,” demikian kutipan laporan tersebut.

Akibat kebijakan tersebut, Bank Sentral Inggris akan terdesak untuk menaikan suku bunganya secara lebih agresif dan menyebabkan tingkat kekhawatiran resesi global yang makin nyata. Adapun, rilis data PMI Manufaktur China yang masih terkontraksi ke level 48,1 pada September 2022 juga masih menjadi sentimen negatif.

Kontraksi indeks tersebut disebabkan oleh pembatasan wilayah atau lockdown yang mengakibatkan penurunan pada sisi ekspor dan impor. Pemerintah China terus melakukan upaya peningkatan PMI dengan memberikan subsidi, dan meningkatkan permintaan.

Ke depannya, Infovesta melihat kinerja reksa dana saham sedang berada dalam kondisi yang volatil, sehingga investor sebaiknya tetap wait and see.

“Namun bagi investor yang tetap ingin berinvestasi di reksa dana saham dapat melakukan strategi investasi average down untuk memperkecil risiko kerugian,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper