Bisnis.com, JAKARTA — Investor pasar surat utang atau obligasi perlu berhati-hati dalam melakukan investasi, sebab ada sejumlah sentimen yang membayangi hingga beberapa tahun mendatang.
Analis Obligasi Samuel Sekuritas Indonesia, Fikri C. Permana mengatakan, investor sebaiknya berhati-hati karena pasar obligasi masih mendapat sentimen dari faktor ekonomi dan kenaikan suku bunga The Fed serta kondisi geopolitik.
“Apalagi di Indonesia pertengahan 2023 mungkin sudah mulai ada tensi politik dalam negeri karena mau pilpres dan pileg, jadi tetap berhati-hati. Tetap sesuaikan saja profil risiko dengan gaya investasi,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (2/10/2022).
Fikri menambahkan, ke depan ada sejumlah sentimen yang dapat mendongkrak kinerja surat utang negara (SUN), di antaranya harga komoditas yang diharapkan melandai, penurunan risiko inflasi global, serta manufaktur yang kembali positif sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terdorong lebih tinggi.
“Jadi mungkin risiko inflasi dari sisi cost juga akan berkurang. Nanti baru di pertengahan 2023 kita baru akan melihat reli dari SUN dan sebagainya,” imbuhnya.
Sebelumnya, kenaikan yield treasury AS 10 tahun ke level 3,90 persen ikut mendongkrak yield SBN Indonesia tenor 10 tahun ke level 7,5 persen, sehingga harga SBN pun menurun.
Baca Juga
Pasar surat utang ke depan terutama tenor jangka panjang masih akan tertekan seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed dan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).