Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Turun Drastis ke US$77 per Barel

Riset dari Goldman Sachs menyebutkan, pasar komoditas saat ini tengah terperangkap pada sejumlah katalis negatif termasuk tren kenaikan dolar AS.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali terkoreksi seiring dengan penguatan dolar AS dan membengkaknya persediaan di Negeri Paman Sam.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (28/9/2022) 11.30 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kembali menurun di bawah level US$78 per barel. Harga minyak WTI terpantau melemah 1,3 persen ke level US$77,51 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak November 2022 tercatat melemah 1,4 persen ke level US$85,06 per barel.

Di sisi lain, mata uang dolar AS kembali menguat setelah pejabat senior pada pemerintahan Presiden AS Joe Biden menolak anggapan adanya upaya global untuk menghambat kenaikan dolar AS.

Laporan dari American Petroleum Institute mencatat jumlah cadangan minyak mentah AS meningkat hingga 4 juta barel pada pekan lalu. Data resmi terkait cadangan minyak AS akan dirilis pada hari Rabu waktu setempat.

Harga minyak dunia masih akan mencatatkan koreksi kuartalan pertamanya dalam 2 tahun terakhir seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap penurunan konsumsi. Hal ini juga ditambah dengan pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh The Fed.

Riset dari Goldman Sachs menyebutkan, pasar komoditas saat ini tengah terperangkap pada sejumlah katalis negatif termasuk tren kenaikan dolar AS. Penguatan dolar AS membuat kebanyakan komoditas menjadi lebih mahal untuk sebagian pembeli.

Tren pelemahan harga minyak semakin memperkuat sinyal bahwa OPEC dan sekutunya akan memangkas output produksi.

Yeap Jun Rong, Market Strategist IG Asia Pte menuturkan kenaikan harga yang dapat terjadi setelah pemangkasan produksi diprediksi hanya sementara. Menurutnya, pengetatan kebijakan moneter global akan membatasi ruang pemulihan harga minyak.

“Sentimen utama masih berada di sekitar risiko resesi global,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Di sisi lain, pasar juga tengah memantau Badai Ian yang diprediksi akan masuk ke wilayah barat Florida pada hari Rabu waktu AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper