Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melanjutkan penurunan setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp216 per saham beberapa bulan lalu. Pada perdagangan Rabu (21/9/2022), saham BUMI melemah 6,55 persen dan parkir ke level Rp157 per saham.
Dalam sepekan terakhir, BUMI telah terkoreksi 19,90 persen. Meski demikian, saham BUMI masih menguat 134,33 persen secara year to date.
BUMI juga menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan dalam perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), volume saham BUMI yang diperdagangkan mencapai 6,72 miliar lembar dengan nilai Rp1,07 triliun.
Analis dari Bina Artha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan secara teknikal saham BUMI menghadapi tekanan jual yang lebih besar dari sisi volume setelah pelemahan harga menyentuh bawah garis MA10 pada 15 September 2022.
“Momentum bearish ini terkonfirmasi oleh munculnya sinyal deadcross pada MACD,” kata Ivan, Rabu (21/9/2022). Ivan mengatakan pelemahan saham BUMI terjadi di tengah sentimen harga batu bara yang cenderung bergerak sideways. Dia menyebutkan BUMI masih berpotensi melanjutkan penurunan dan diperkirakan akan menguji garis MA50 di kisaran level Rp140.
“Apabila daily close minimal masih di level tersebut, maka ada potensi terjadinya technical rebound,” katanya. Dalam jangka pendek, Ivan mengatakan investor dapat melakukan speculative buy terdekat di harga 150, dengan batas risiko di 140.
Baca Juga
Sementara itu, Analis Teknikal BNI Sekuritas Andri Zakarias Siregar mengatakan bahwa saham BUMI merupakan salah satu yang mendapat berkah dari kenaikan harga batu bara dan masih layak dikoleksi.
“BUMI sudah mendekati oversold, jadi memang target kita masih 154-166 untuk kita cicil beli, stop loss cukup jauh di 147, 144, dan 123 yang agak jauh untuk medium term,” kata Andri dalam riset, Rabu (21/9/2022).
Lebih lanjut, meskipun sudah ada private placement, BUMI masih menunjukkan adanya peak demand ketika harganya mencapai ARB. Adapun, resisten BUMI selanjutnya di 208,220 dan 246.