Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemisahan atau split off PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum Operating dari holding badan usaha milik negara (BUMN) industri pertambangan, Mining Industry Indonesia (MIND ID) dipastikan rampung pada Oktober 2022.
Setelah izin prakarsa terbit, MIND ID belakangan tengah menantikan peraturan pemerintah (PP) berkaitan dengan proses split off dua entitas bisnis tambang tersebut. Proses pemisahan itu juga menjadi rangkaian rencana besar Inalum Operating untuk melantai di bursa.
“Izin prakarsa sudah keluar, sekarang lagi nunggu PP-nya, kita harap Oktober ini sudah selesai semua, masih on the track rampung di kuartal III,” kata Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan saat ditemui di Kompleks DPR RI, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Nantinya, Dany mengatakan, pemisahan Inalum Operating dari MIND ID akan mendorong aksi korporasi berkaitan dengan upaya eksplorasi, kemitraan, hingga pendanaan publik lewat skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
“Bisa IPO, bisa strategic partnership, kan ada banyak aksi korporasi, yang jelas split off itu akan menjadikan PT Inalum fokus untuk membesarkan industri aluminium,” kata dia.
Dengan disetujuinya rencana tersebut, MIND ID nantinya dapat menjadi holding pertambangan yang memiliki 100 persen saham Inalum.
Baca Juga
Dengan demikian, Inalum akan memisahkan fungsi holding dengan fungsi operasi. Di sisi lain, MIND ID akan menjadi holding strategis dan menjadi bentuk akhir dari rencana holdingisasi sejak 2017.
Setelah pemisahan, maka MIND ID sebagai strategic holding masih tetap dimiliki 100 persen pemerintah Indonesia. Anak usahanya, ANTM dimiliki 65 persen, PTBA dimiliki 65,9 persen, Inalum 100 persen, Timah sebesar 65 persen, Freeport sebesar 51,2 persen.
Struktur holding bisa lebih efisien pelaksanaan fungsi aspek legal, corporate finance, pelayanan jasa dan lain-lain. Adapun, MIND ID dapat memiliki anak perusahaan lainnya. MIND ID sudah membangun MIND ID trading, memiliki 25 persen Indonesia Battery Corporation, dan 20 persen PT Vale Indonesia Tbk.