Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Peluang Rebound Saham INDF, ICBP, WIKA dan ADHI

Beberapa saham tengah memasuki fase downtrend atau penurunan seperti Grup Indofood melalui INDF dan ICBP dan juga BUMN Karya seperti ADHI dan WIKA.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa saham tengah memasuki awal fase downtrend atau penurunan seperti Grup Indofood melalui INDF dan ICBP dan juga BUMN Karya seperti ADHI dan WIKA. Investor dapat bersiaga menunggu momentum yang tepat.

Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan beberapa saham memang sedang dalam fase penurunan secara teknikal. Misalnya saja, saham dalam sektor konstruksi dan konsumer. Namun, momentum ini daat dijadikan sebagai peluang para investor.

“Melihat secara teknikal, indeks  IDX SMC Composite, IDX SMC Liquid, dan IDX30 saat ini diperkirakan sedang berada pada awal fase downtrend-nya, hal ini terlihat dari MACD yang rawan deadcross dan Stochastic yang rata-rata sudah deadcross dan menuju ke area netralnya,” kata Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, Senin (19/9/2022).

Dia lantas memberi rekomendasi saham-saham sektor konstruksi seperti ADHI, APLN, SMRA, dan WIKA untuk dicermati investor. Kemudian dari sektor konsumer seperti INDF dan ICBP.

Sementara itu, Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood Anthoni Salim mengatakan INDF tetap mampu mencetak kenaikan penjualan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan volatilitas harga komoditas yang berlanjut. Dia mengatakan Indofood akan terus memantau perkembangan situasi global dan fokus pada daya saing biaya.

“Kami juga akan fokus menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Anthoni dalam siaran pers, dikutip Senin (19/9/2022).

Anak usaha INDF di bidang konsumer, ICBP, juga memperlihatkan performa yang sama. Pendapatan produsen mi instan Indomie tersebut meningkat 16 persen pada semester I/2022, dari Rp28,2 triliun menjadi Rp32,59 triliun.

Namun, kenaikan harga komoditas bahan baku membuat laba usaha ICBP turun 8 persen secara tahunan menjadi Rp5,88 triliun dari Rp6,36 triliun.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk amblas 40 persen menjadi Rp1,93 triliun dari Rp3,22 triliun di semester pertama tahun lalu.

Anthoni menambahkan perseroan akan terus berupaya menjaga keseimbangan pertumbuhan volume penjualan dan profitabilitas. Inisiatif penguatan pangsa pasar melalui investasi berkelanjutan pada merek-merek ICBP dilakukan untuk mencapai target tersebut, begitu pula dengan pendalaman penetrasi pasar.

Di sisi lain, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mencatatkan kontrak baru hingga Rp18 triliun per Agustus 2022. Dua proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menyumbang Rp1,1 triliun.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menjelaskan nilai kontak baru (NKB) WIKA hingga Agustus 2022 mencapai Rp18 triliun. Adapun, hingga akhir tahun WIKA menargetkan total nilai kontrak baru mencapai Rp39 triliun.

"Kontrak baru sampai dengan Agustus 2022 sudah capai konsolidasi Rp18 triliun, sehingga di sisa waktu ada akan berburu kontrak baru hingga akhir tahun. Sampai dengan akhir tahun kontrak baru targetnya di angka Rp39 triliun," ungkapnya dalam paparan publik, Selasa (13/9/202).

Dia menjelaskan pada Agustus dan awal September 2022, WIKA mendapatkan 2 kontrak baru dari lelang IKN Nusantara. Pertama, proyek konstruksi jalan tol segmen KKT Kariangau-Tempadung yang total nilainya mencapai Rp1,9 triliun bersama dengan PTPP dan JKON.

Kedua, melalui anak usaha PT Wika Gedung TBk. (WEGE), perseroan juga mengerjakan pembangunan hunian pekerja konstruksi yang merupakan KSO bersama dengan ADHI senilai Rp567 miliar.

"Angkanya kurang lebih Rp1,1 triliun dua proyek, pertama tol dan rumah pekerja menggunakan modular. Saat ini baru mencapai Rp1,1 triliun dari IKN. Khusus IKN kami mengikuti beberapa lelang proyek IKN juga proyek swasta lain pada sisa tahun ini," tambahnya.

Adapun, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menargetkan proses pencairan penyertaan modal negara (PMN) dan rights issue dapat rampung pada Oktober 2022.

Sebagaimana telah ditargetkan sejak awal tahun, emiten bersandi ADHI ini bakal menerima PMN Rp1,97 triliun. Sedangkan, guna menyokong porsi pemerintah, ADHI berencana rights issue Rp1,89 triliun.

"PMN diharapkan prosesnya pekan ketiga sudah terima PP, pekan ketiga juga di bulan ini registrasi tiga di OJK untuk rights issue, sehingga bisa berproses dan dana bisa diterima di pertengahan bulan Oktober kurang lebih," jelasnya.

Dia melanjutkan pencairan PMN saat ini masih menunggu Peraturan Presiden, karena saat ini sudah masuk ke Sekretariat Negara untuk ditandatangani Presiden

Kemudian, dari rights issue atau penerbitan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) sudah juga mendaftar ke OJK registrasi 1 diharapkan pekan ini atau selambat-lambatnya pekan depan sudah registrasi 2.

Adapun, jumlah dari PMN karena sudah masuk UU APBN 2022, nilainya Rp1,976 triliun, dari dana itu digunakan untuk penyertaan jalan tol Solo-Yogyakarta senilai Rp1,4 triliun, lalu jalan tol Yogyakarta-Bawen sebesar Rp390 miliar, serta proyek SPAM Karian Rp185 miliar.

Seluruh penyertaan tersebut untuk perusahaan anak usaha ADHI baik itu BUJT maupun BUP guna memenuhi kebutuhan ekuitas.

"Kemudian dari porsi rights issue sebesar Rp1,89 triliun, ini digunakan Rp350 miliar tambahan setoran di tol Solo-Yogyakarta, Rp145 miliar Yogyakarta-Bawen, di SPAM Karian Rp69 miliar tambahan setoran," tambahnya,.

Selain itu, dana rights issue sebesar Rp495 miliar digunakan pengembangan PLT Kawasan Limbah di Medan, Penyertaan di jalan tol JORR Elevated Rp662 miliar, penyertaan preservasi jalan lintas timur Sumatera Selatan Rp177 miliar.

Dia mengharapkan total dana dari PMN dan aksi korporasi rights issue ini sebesar Rp3,918 triliun.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper