Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) melesat di tengah rencana perseroan bakal menebar dividen pada bulan November atau Desember pada tahun ini. Tidak tanggung-tanggung, manajemen menyiapkan 90 persen dari laba sebagai dividen.
Pada perdagangan Senin (19/9/2022) pukul 09.53 WIB, saham SIDO naik 4,23 persen atau 30 poin menjadi Rp740. Transaksi saham SIDO mencapai Rp22,07 miliar. Kapitalisasi pasarnya Rp22,2 triliun dengan valuasi PER 24,91 kali.
Sepanjang 2022, saham SIDO masih terkoreksi 14,45 persen. Dalam 3 bulan terakhir, saham SIDO bahkan merosot 22,92 persen.
Direktur Keuangan Sido Muncul Leonard mengatakan SIDO mengambil sebanyak 90 persen dari laba bersih untuk menebar dividen. Meski demikian, Leonard mengaku belum bisa menyebut nominalnya lantaran masih menunggu keputusan dari direksi.
“Ini mesti diputuskan di board meeting ya, tapi kan kita selalu bagikan dividen itu kan 90 persen dari kita punya profit ya biasanya,” ujar Leonard dalam paparan Public Expose 2022 pada Jumat (16/9/2022).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, kinerja penjualan SIDO tersebut turun 2,58 persen menjadi Rp1,61 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp1,65 triliun.
Baca Juga
Turunnya penjualan SIDO berimbas pada laba bersih. Belum lagi, pembengkakan beban pokok penjualan turun menggerus bottom line. Laba bersih SIDO tercatat turun 11,24 persen secara tahunan menjadi Rp445,59 miliar dibandingkan dengan Rp502 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul David Hidayat menjelaskan pendapatan SIDO semester I/2022 memang mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan periode yang sama 2021.
Pada 2021, lonjakan permintaan lanjutnya, benar-benar luar biasa, tidak bisa dibandingkan dengan kondisi penjualan normal. Alasannya, kondisi pandemi saat itu benar-benar membuat masyarakat panik dan membeli produk-produk kesehatan.
"Sementara ketersediaan bahan baku saat itu juga terbatas, khususnya bahan impor dari negara pemasok yang lockdown. Meskipun demikian, penurunan penjualan dibandingkan dengan 2021 hanya 2,5 persen," jelasnya saat dihubungi Bisnis, Senin (15/8/2022).
Lebih lanjut, David juga menjelaskan penurunan profitabilitas karena adanya kenaikan harga bahan baku yang telah bergerak naik sejak awal tahun.
Sayangnya, kenaikan harga jual beberapa produk efektif pada awal kuartal II/2022, sehingga dampak kenaikan harga jual menutupi kenaikan harga bahan baku kurang begitu terasa.
"Profitabilitas laba bersih pada semester II/2022 ini diharapkan sudah meningkat dari semester I/2022," terangnya.