Bisnis.com, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) kembali bekerja sama dengan mitranya asal China, Huayou dalam proyek high pressure acid leach (HPAL) Pomalaa di Sorowako. Namun, INCO hanya memegang saham minoritas sebesar 30 persen dalam proyek itu.
Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto menjelaskan bahwa porsi kepemilikan tersebut sudah proporsional mengingat keunggulan yang dibawa masing-masing perusahaan dalam proyek di Sorowako ini.
“Kami membawa keunggulan masing-masing, kami dalam hal pertambangan dan Huayou membawa teknologi dan pengoperasian. Kalau kami tidak menguasai teknis kemudian menjadi pengendali juga riskan. Jadi menurut saya sudah fair Huayou memiliki saham lebih besar dan menjadi pengendali,” kata Irmanto dalam paparan publik virtual, Rabu (14/9/2022).
Selain proyek HPAL di Sorowako, INCO juga tengah mengerjakan pengembangan proyek HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dengan total produksi nikel daam mixed hydroxide precipitate sebesar 120.000 MHP. Diperkirakan tambang dengan nilai investasi US$4,5 miliar ini akan dikerjakan mulai 2022 dan rampung 2025.
Selanjutnya, ada pula proyek bersama Taiyuan Iron & Steel Co. Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. di Bahodopi, Sulawesi Tengah untuk pengembangan pabrik feronikel dengan kapasitas 73.000 ton per tahun dengan nilai investasi US$2,3 miliar. Proyek ini juga diperkirakan akan rampung pada 2025.
Terkait dengan pendanaan tiga proyek, Irmanto menjelaskan bahwa masih ada debt equity ratio, misalkan untuk Bahodopi kami menargetkan 70 persen didanai Bank, 30 persen dari kontribusi masing-masing pemegang saham.
“Semuanya kami bisa asumsikan DER [debt to equity ratio] sekitar 70:30, jadi kebawjiban PT Vale memenuhi kepesertaan injeksi modal untuk Bahodopi 49 persen, Pomalaa dan Sorowako 30 persen. INCO juga akan berhak atas hasil produksi dari proyek ini sebesar kepemilikan saham kami,” kata Irmanto.
Dengan asumsi tersebut, untuk membiayai proyek Sorowako, INCO akan menggelontorkan investasi sebesar US$162 juta dari kantong sendiri.
“Jika ditotal produksi kita setelah semua proyek diselesaikan kita akan mendapat tambahan produksi sekitar 165 ribu ton dalam bentuk masing-masing hasil produksi proyek. Tambahan revenue tergantung harga nikel ke depan,” tandasnya.