Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Timah Global Melemah, TINS Siapkan Kuda-Kuda

TINS akan menggenjot produksi sehingga harga pokok bisa ditekan di paruh kedua 2022.
Angkutan umum roda tiga menunggu calon penumpang di depan kantor PT Timah Tbk di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan
Angkutan umum roda tiga menunggu calon penumpang di depan kantor PT Timah Tbk di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tambang logam di bawah naungan MIND ID, PT Timah Tbk. (TINS), menyiapkan sejumlah strategi menghadapi pelemahan harga komoditas.

Direktur Keuangan dan Manajemen TINS Fina Eliani menyebutkan harga global timah pada semester II/2022 cenderung turun. Sejauh ini, harga rata-rata di semester II/2022 telah turun sampai 50 persen dibandingkan dengan semester I/2022.

“Volatilitas ini merupakan risiko perusahaan tambang, tak terkecuali Timah. Kami sudah berupaya maksimal menghadapi risiko ini, salah satunya dengan hedging harga jual logam, terutama untuk kontrak jangka panjang,” kata Fina dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).

Namun demikian, perseroan tetap menargetkan pertumbuhan kinerja sepanjang 2022 setelah menikmati tingginya harga komoditas logam pada semester I/2022.

Dari segi operasional, Fina mengatakan TINS akan menggenjot produksi sehingga harga pokok bisa ditekan di paruh kedua 2022. Produksi TINS pada semester I/2022 tercatat turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tetapi kinerja keuangan tetap tumbuh ditopang oleh harga komoditas global yang tinggi.

Produksi bijih timah TINS pada enam bulan pertama tahun ini tercatat turun 14 persen menjadi 9.901 ton, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 11.457 ton.

Apabila diperinci, 39 persen atau sebanyak 3.829 ton dari produksi bijih timah tersebut berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton dari penambangan laut. 

Produksi logam timah di paruh pertama tahun ini juga turun 26 persen menjadi 8.805 ton, dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 11.915 ton. Akibatnya, penjualan logam timah turun 21 persen menjadi 9.942 ton dibandingkan enam bulan pertama 2021 sejumlah 12.523 ton. 

“Proyeksi sampai akhir tahun, sebagaimana diketahui harga jual turun cukup signifikan. Namun kami akan tetap mempertahankan Kinerja untuk terus tumbuh. Selain efisiensi dan menaikkan produksi, kontribusi anak usaha akan naik dibandingkan dengan tahun lalu,” paparnya.

Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar mengatakan prospek kinerja ke depan cukup cerah, seiring dengan selisih pasokan dan permintaan timah dunia yang tidak seimbang. Data memperlihatkan volume konsumsi timah global setiap tahunnya 3 persen sampai 10 persen lebih tinggi daripada volume produksi.

“Dalam 7 tahun terakhir, ada gap antara produksi dan konsumsi timah dunia. Konsumsi cenderung lebih tinggi 3–10 persen. Fundamental harga cukup kuat dengan demand yang masih tinggi dan ini memengaruhi proyeksi ke depan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper