Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jawaban Direksi Vale (INCO) soal Potensi Berbagi Dividen

Vale Indonesia (INCO) mencetak laba bersih US$150 juta, tumbuh 155 persen dari tahun sebelumnya. Bagaimana kebijakan dividen perseroan?
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan kinerja mentereng sepanjang paruh tahun ini. Namun, akankah perseroan berencana membagikan dividen di tengah performa ciamik tersebut?

Berdasarkan laporan keuangan INCO pada semester I/2022, INCO membukukan pendapatan US$564,54 juta, naik dari sebelumnya US$414,95 juta pada semester I/2021. Laba bersih melonjak 155,94 persen yoy menjadi US$150,45 juta dari sebelumnya US$58,78 juta.

“Terkait dengan dividen interim kami harus berhitung, dan mengevaluasi kondisi kas kami ke depan karena ada proyek-proyek yang harus kami danai. Kami memang memiliki keuangan yang positif dan kita harapkan positif sampai akhir tahun,” kata Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto dalam paparan publik, Rabu (14/9/2022).

Namun, Irmanto menegaskan bahwa INCO tidak menutup kemungkinan untuk membayarkan dividen. Hanya saja, jika ditempuh, langkah ini harus disertai kehati-hatian dalam berhitung dan mengkaji semua kebutuhan kas. Terutama terkait dengan pengembangan proyek yang sedang dijalani.

Saat ini INCO memiliki tiga proyek pengembangan pabrik dan smelter bersama mitranya dengan nilai investasi senilai US$8 miliar.

Proyek pertama, pengembangan smelter dan HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara bersama dengan Huayou Cobalt Co. Ltd. Total produksinya dalam mixed hydroxide precipitate (MHP) mencapai 120.000 MHP. Diperkirakan tambang dengan nilai investasi US$4,5 miliar ini akan dikerjakan mulai 2022-2025.

Selanjutnya ada proyek bersama Taiyuan Iron & Steel Co. Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co. Ltd. di Bahodopi, Sulawesi Tengah untuk pengembangan pabrik feronikel dengan kapasitas 73.000 ton per tahun dengan nilai investasi US$2,3 miliar. Proyek ini juga diperkirakan akan rampung pada 2025.

Terbaru, proyek limonit di Sorowako, Sulawesi Selatan dikembangkan juga bersama Huayou dengan nilai investasi US$1,8 miliar dan kapasitas produksi 60.000 ton nikel dalam MHP yang akan mulai digarap pada 2023 dan diperkirakan bisa rampung pada 2026.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper