Bisnis.com, JAKARTA – Analis memperkirakan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) masih rentan koreksi setelah setidaknya dalam sembilan hari ini mengalami penurunan tajam.
Berdasarkan kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Oktober di Bursa Derivatif Malaysia, Kamis (8/9/2022) pukul 17.00 WIB. harga CPO berada di level 3.671 ringgit per ton, atau turun 5,37 persen.
Pelemahan tersebut telah terjadi selama sembilan hari yang jika diakumulasi harga CPO telah turun tajam sebanyak 17,74 persen.
Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menyampaikan penurunan harga CPO dalam sembilan hari ini wajar karena adanya tekanan dari berbagai isu yang menyebabkan penyesuaian harga kembali.
Beberapa sentimen di antaranya kenaikan inflasi global, kenaikan agresif suku bunga The Fed, kurangnya stimulus dari pemerintah, melemahnya penjualan ritel, hingga beban konsumsi yang meningkat akibat tingginya harga BBM dan makanan.
“Komoditas pun wajar berbalik melemah, energi melemah, CPO melemah,” ungkap Wahyu kepada Bisnis, Kamis (8/9/2022).
Baca Juga
Selain itu, dia melanjutkan bahwa penurunan harga minyak mentah akan membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kurang kompetitif apalagi bersaing dengan batubara.
“CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah, sehingga ketika harga minyak mentah turun, harga CPO juga ikut turun. Jadi kebutuhan biodiesel juga melemah,” jelasnya.
Selain pelemahan energi, pelemahan pangan turut memengaruhi penurunan harga CPO. Alhasil ada potensi terjadi krisis pangan.
Wahyu mengatakan bahwa harga minyak dunia telah mulai turun kembali minggu ini ke tingkat pra-invasi Rusia ke Ukraina sebagai antisipasi resesi dan penurunan tajam konsumsi. Namun, inflasi harga pangan tetap sangat tinggi.
Contohnya di Amerika Serikat, angka indeks harga konsumen AS untuk Juni menunjukkan bahwa harga daging ayam dan tepung masing-masing naik mendekati 20 persen dari tahun ke tahun dan harga margarin melonjak 34 persen.
Dia menyampaikan, kenaikan harga pangan tersebut akan lebih terasa bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Oleh sebab itu, menurutnya harga CPO sulit mengalami peningkatan harga apalagi melewati all time high di tahun ini.
“[Harga CPO] rentan koreksi, setidaknya konsolidatif. CPO masih turun di bawah 4.000 ringgit per ton bisa testing 3.500 ringgit per ton. Dalam tren korektif, range konsolidasi di 3.000-4.500 ringgit per ton potensial terjadi,” paparnya.