Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan harga BBM yang terjadi sejak Sabtu, (3/9/2022) dapat menjadi sentimen negatif bagi saham sektor ritel.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan, ritel consumer goods seperti Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), pengelola Mitra10 PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) dapat menjadi emiten berdaya tahan kuat di tengah kenaikan harga BBM.
“Kalau kami lihat, mereka menjual barang-barang rumah tangga, tetap saja ramai dengan konsumen yang melakukan pembelian. Emiten yang terkait dengan kebutuhan masyarakat saya rasa lebih tahan ya,” paparnya saat dihubungi Bisnis, Senin (5/9/2022).
Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) tersebut melanjutkan, kenaikan harga BBM idealnya tidak menjadi isu negatif bagi emiten ritel, karena mereka akan melakukan penyesuaian harga agar dapat terserap dengan baik oleh konsumen.
Tantangannya, tergantung bagaimana reaksi konsumen terhadap barang-barang yang mengalami penyesuaian harga.
“Tentu mereka tidak akan menaikkan harga semua barang, ada juga yang menggunakan promo tertentu, kenaikan tidak dilakukan saat itu juga tetapi bertahap,” imbuh Reza.
Baca Juga
Secara umum, emiten ritel terkena sentimen negatif kenaikan harga BBM, tapi secara riil di lapangan, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh.
“Ini lebih kepada persepsi investor terhadap sentimen yang ada,” tutupnya.
Pada penutupan perdagangan Senin, (5/9/2022) saham AMRT terpantau parkir di zona hijau, sedangkan CSAP dan ACES kompak berada di zona merah.
Saham AMRT naik sebesar 1,94 persen ke posisi harga Rp2.100, sementara CSAP dan ACES turun masing-masing 5 persen dan 5,67 persen menjadi Rp855 dan Rp665.
Secara year-to-date (ytd), AMRT dan CSAP kompak naik sebesar 70,73 persen dan 71,69 persen, sedangkan ACES masih dalam tren koreksi sebesar 51,81 persen.