Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) melaporkan penurunan laba bersih untuk periode semester I/2022 meski penjualan memperlihatkan kenaikan.
Penjualan bersih ERAA selama enam bulan pertama 2022 mencapai Rp23,39 triliun atau tumbuh 9,58 persen dibandingkan dengan Rp21,35 triliun pada semester pertama tahun lalu.
Telepon seluler dan tablet menjadi kontributor penjualan terbesar dengan sumbangan Rp18,49 triliun, naik 7,72 persen dibandingkan dengan Rp17,16 triliun di periode yang sama pada 2021. Produk operator menyusul dengan kontribusi Rp1,38 triliun, komputer dan peralatan elektronik lainnya Rp1,0 triliun, dan aksesori dan lain-lain Rp2,52 triliun.
Kenaikan penjualan ERAA diikuti dengan membengkaknya beban pokok penjualan sebesar 9,50 persen secara year on year (yoy). Tepatnya dari Rp19,16 triliun menjadi Rp20,98 triliun. Hal ini membuat laba kotor ERAA tumbuh 10,28 persen yoy menjadi Rp2,41 triliun dari Rp2,18 triliun.
Kendati demikian, laba usaha ERAA memperlihatkan performa yang berbeda. Sepanjang semester I/2022, laba usaha yang dikantongi ERAA hanya sebesar Rp821,60 miliar. Angka tersebut turun 8,53 persen dibandingkan dengan Rp898,31 miliar yang diperoleh pada enam bulan pertama tahun lalu.
Tergerusnya laba usaha terutama disebabkan oleh membengkaknya beban umum dan administrasi. Pos ini sebelumnya hanya berkontribusi sebesar Rp585,01 miliar, tetapi naik 37,77 persen menjadi Rp806,0 miliar.
Baca Juga
Torehan tersebut lantas berimbas pada turunnya laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 9,13 persen yoy, dari Rp558,54 miliar menjadi Rp507,51 miliar.
Erajaya juga melaporkan adanya rugi akibat selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan sebesar Rp4,67 triliun dari sebelumnya laba Rp2,68 triliun.
Total aset Erajaya per 30 Juni 2022 meningkat menjadi Rp15,48 triliun, dari sebelumnya Rp11,37 triliun. Bertambahnya persediaan neto sebesar 66,06 persen menjadi Rp6,52 triliun dibandingkan dengan Rp3,93 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi penyebab utama kenaikan ini.
Total liabilitas ERAA juga bertambah selama semester I/2022 menjadi Rp8,67 triliun dari sebelumnya Rp4,90 triliun. Kenaikan terutama disebabkan oleh meningkatnya utang usaha ke pihak ketiga menjadi Rp3,16 triliun dibandingkan dengan Rp1,50 triliun di 31 Desember 2021.