Bisnis.com, JAKARTA - Sikap hawkish yang dipertontonkan bank sentral AS The Fed pada pekan lalu tampaknya akan berbuntut lebih panjang. Sejumlah analis meyakini bahwa pada perdagangan Senin (29/8/2022) besok, bursa di negara-negara asia akan mengalami koreksi.
"Permainan mengamati outlook The Fed telah beralih. Dari semula menebak setinggi apa puncak suku bunga akan naik menjadi tebak-tebakan soal seberapa panjang kebijakan suku bunga tinggi itu akan berjalan," papar FX Strategist Malayan Banking Bhd Singapura Yanxi Tan, dikutip dari Bloomberg Minggu (28/8/2022).
Pernyatan tersebut turut diamini manajer investasi Straits Investment Holdings Singapura Manish Bargava.
"Akan ada banyak grafik merah pada Senin," kata Bargava.
Sebagai konteks, pekan lalu Gubernur The Fed Jerome Powell telah menyatakan isyarat bahwa The Fed akan menetapkan suku bunga tinggi untuk jangka waktu lebih panjang.
Ini mengingat besarnya langkah yang diperlukan perekonomian AS dalam mengatasi level inflasi yang terlampau tinggi.
"Mengembalikan stabilitas harga [menurunkan inflasi] sepertinya akan membutuhkan kebijakan restriksi untuk beberapa saat. Data historikal memperingatkan bahwa tidak seharusnya melonggarkan kebijakan [suku bunga] pada momen seperti ini," ujar Powell.
The Fed telah menaikkan suku bunga pada level 3,8 persen sejak Maret 2022. Dan, agaknya hanya menunggu waktu saja bagi level tersebut untuk naik lagi.
Banyak pula pakar yang meyakini bahwa pernyataan Powell menyiratkan rencana untuk tetap memberlakukan kenaikan suku bunga sampai tahun depan.
Baca Juga : Dolar AS Naik Merespons Pidato Hawkish Powell |
---|
Tak pelak, pernyataan Powell tersebut membuat sejumlah indeks utama AS, termasuk SP 500 mengalami pelemahan tajam. Pelemahan pada perdagangan hari terakhir pekan ini juga terjadi pada sejumlah indeks di bursa Jepang dan Australia.
Di Indonesia, pada perdagangan Jumat (26/8) IHSG juga mengalami pelemahan 0,54 persen dalam sehari. Kondisi tersebut membuat secara akumulatif, posisi IHSG sepanjang pekan lalu cenderung melemah 0,23 persen.