Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten-emiten kesehatan telah kembali ke level sebelum pandemi dengan rata-rata terjadi penurunan laba bersih yang cukup dalam. Mengikuti kinerja, harga sahamnya pun turut menukik. Apakah saham-sahamnya sudah tergolong murah?
Dalam risetnya, Head of Indonesia Research and Strategy J.P Morgan Henry Wibowo menilai emiten kesehatan khususnya rumah sakit menjadi lebih positif setelah penyetelan ulang ekspektasi pasar.
Kinerja saham emiten kesehatan telah mengalami pelemahan setelah ekspektasi pasar yang berubah dan kinerja kuartal II/2022 yang lebih lemah. Hal ini disebut menjadi titik masuk yang menarik.
"Kami percaya pasar belum menentukan harga dalam peningkatan kasus Covid di kuartal III/2022 yang dapat meningkatkan penerimaan rumah sakit pada semester II/2022," jelasnya dalam riset dikutip Jumat (26/8/2022).
Prospek industri pada Semester II/2022 yang lebih baik seiring peningkatan pendapatan. Hal ini memasuki gelombang keempat Covid-19 di Indonesia yang tumbuh dua kali lipat secara bulan ke bulan dengan 4.000--6.000 kasus baru per hari.
Jika mengacu pada hitungan harga saham secara umum, menggunakan rasio price to book value (PBV) saham-saham emiten rumah sakit telah berada pada posisi yang beragam.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg per Kamis (25/8/2022), saham emiten rumah sakit PT Royal Prima Tbk. (PRIM) memiliki rasio paling rendah dengan besaran 0,77 dengan harga saham yang sudah anjlok 45 persen.
Emiten lain yang harga terhadap bukunya cukup rendah adalah PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ), PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK), PT Sarana meditama Metropolitan Tbk. (SAME), yang masing-masing memiliki rasio 1,12 kali, 1,44 kali, dan 1,88 kali.
Adapun, PT Siloam International Hospital Tbk. (SILO), PT Bundamedik Tbk. (BMHS), PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE), masing-masing tercatat PBV 2,07 kali, 3,25 kali, dan 4,54 kali.
Dua emiten RS dengan jaringan terbesar yakni PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) memiliki PBV 6,31 kali sementara dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) memiliki PBV yang paling tinggi 7,18 kali.
Jika ditilik dari rasio price to earning ratio (P/E), saham PRIM kembali menjadi yang termurah dengan rasio 11,73 kali. Di susul saham RSGK 12,26 kali dan saham SRAJ pada 20,48 kali.
Adapun, saham dengan penilaian P/E tertinggi adalah CARE dengan 2.455 kali. Disusul SAME 227 kali, HEAL 33,21 kali dan MIKA 31,36 kali.
Kendati secara rasio demikian, J.P Morgan menilai saham MIKA menjadi pilihan. Dari risetnya, J.P Morgan meningkatkan perkiraan earning per share pada 2022 menjadi 14 persen dan pada 2023 menjadi 7 persen.
"Kami meningkatkan rekomendasi MIKA ke overweights dari netral dengan target harga sebesar Rp3.100 dari Rp2.750. Berdasarkan perkiraan tidak berubah, kelipatan EV/EBITDA 22 kali pada 2023," terangnya.