Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Mentereng, Saham Taksi Blue Bird (BIRD) Kok Keok?

Emiten taksi, PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mencatatkan penurunan harga saham signifikan sepanjang dua pekan terakhir dengan anjlok 14,76 persen.
Pengemudi mengoperasikan taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengemudi mengoperasikan taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten taksi, PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mencatatkan penurunan harga saham signifikan sepanjang dua pekan terakhir dengan anjlok 14,76 persen pada penutupan Jumat (26/7/2022).

Berdasarkan pantauan Bisnis, harga saham BIRD ditutup di level 1.385 pada perdagangan Jumat (26/8/2022) turun 1,77 persen atau 25 poin. Adapun, dalam dua pekan terakhir harga saham BIRD anjlok 14,76 persen dari harga Jumat (12/8/2022) di level 1.625.

Dari segi volume, saham BIRD diperdagangkan mencapai 6,06 juga lembar dan setara Rp8,38 miliar pada hari ini. Kapitalisasi pasar pun turun menjadi Rp3,47 triliun.

Harga saham yang anjlok ini berbanding terbalik dengan kinerja BIRD yang mentereng hingga Semester I/2022.

BIRD mencatatkan laba bersih Rp148 miliar pada Semester I/2022. Kinerja tersebut tumbuh 593 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Di periode ini, margin laba kotor Perseroan naik hingga 20 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada paruh pertama 2022, emiten bersandi BIRD ini membukukan pendapatan tertinggi selama periode pandemi Covid-19, atau naik 48 persen menjadi Rp1,548 triliun, yang hampir setara dengan pendapatan perseroan selama periode pra-pandemi.

Laba operasional BIRD pada Semester I/2022 meningkat tajam hingga 386 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono meyakini kinerja BIRD bakal melesat hingga akhir tahun kendati terdapat faktor risiko dari kenaikan harga BBM.

"Pertumbuhan [Semester II/2022] kami terus terang ada beberapa skema, yang rendahnya minimal sama dengan Semester I/2022, tetapi upside bisa cukup tinggi. Ini melihat data setiap kali ada kenaikan BBM minimal di bulan pertama ada kontraksi. Bukan masalah menaikan tarif, biasanya di bulan pertama kami belum menaikkan tarif," jelasnya kepada Bisnis dalam salah satu sesi wawancara beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Andre, sapaannya, bakal memperhatikan kondisi suplai dan permintaan terhadap taksi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi. BIRD pun sangat mungkin melakukan penyesuaian tarif jika waktunya sudah dirasa tepat.

Ekspektasi manajemen, kuartal IV/2022 sudah akan seperti kinerja pra pandemi. Jadi kuartal IV/2022 akan sama dengan kuartal IV/2019.

"Namun, BBM ini pasti ada efeknya di kuartal III/2022, yaitu saat ini. Jika melihat dampaknya yang pernah dialami biasanya dampaknya 1--2 bulan, dengan kenaikan yang mengganggu permintaan, masyarakat akan penyesuaian dahulu baru kembali pulih," terangnya.

Sentimen lain yang mengganggu kinerja BIRD yakni terkait gugatan senilai Rp11 triliun terhadap perseroan yang dilakukan oleh anak dari salah satu pendiri BIRD di masa lalu.

BIRD secara resmi telah menerima gugatan yang diajukan Elliana Wibowo pada 15 Agustus 2022.

Sebagai informasi, pada Selasa (9/8/2022) Elliana Wibowo menggugat manajemen Blue Bird senilai Rp11 triliun ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

Sejumlah pihak juga digugat oleh Elliana, antara lain Purnomo Prawiro dan Sri Ayati Purnomo, serta anak usaha BIRD yakni PT Blue Bird Taxi dan PT Big Bird.

Jika ditelisik, Elliana merupakan anak dari Surjo Wibowo yang bersama dengan Mutiara Djokosoetono mendirikan PT Sewindu Taxi cikal bakal Blue Bird.

Menariknya, kakak dari Elliana, Gunawan Surjo Wibowo saat ini menduduki posisi Komisaris di emiten berlogo burung biru tersebut. Dia menjadi komisaris sejak 2013.

"Saya pikir masalah hukum ya harus mengikuti jalurnya, apalagi sebagai perusahaan terbuka kami menjalankan keterbukaan informasi. Gugatan yang diajukan tersebut menurut perseroan tidak akan berdampak karena memang itu bukan berhubungan dengan perusahaan terbuka," terang Andre.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper