Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cek Penyebab Saham BUMI Melejit ke Rp143 Hari Ini, Menuju Rp150?

Saham BUMI diproyeksikan masih berpeluang menguat ke level Rp150 sampai Rp154 per saham.
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mengalami penguatan saham sebesar 5,93 persen pada penutupan perdagangan Kamis (18/8/2022). Kenaikan tersebut membawa bumi naik 8 poin ke level Rp143 per saham. Penguatan dipicu adanya sentimen dari kenaikan harga batu bara.

Analis Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora mengatakan naiknya saham BUMI terdampak dari sentimen harga batu bara yang naik ke US$400 per ton. Selain BUMI, Andhika menyebut kenaikan harga batu bara juga turut menggerakan emiten saham batu bara lainnya.

"Harga batu bara yang kembali naik melampaui US$ 400 per ton menjadi sentimen yang menggerakan saham BUMI beserta saham batu bara yang lain," ujar Andhika, Kamis (18/8/2022).

Lebih lanjut, Andhika juga memproyeksikan saham BUMI masih berpeluang menguat ke level Rp150 sampai Rp154 per saham.

Sebelumnya diberitakan, harga batu bara Asia mencapai rekor awal tahun ini setelah invasi Rusia ke Ukraina memperburuk pasar yang sudah ketat. Larangan impor batu bara dari Rusia disebut oleh tim analis Fitch Solutions akan mendukung pasar.

Larangan impor dari Uni Eropa yang akan dimulai pada bulan ini akan meningkatkan permintaan dari berbagai negara seperti Indonesia dan Australia. Sementara itu, rencana untuk menggantikan impor gas dengan pengapalan liquefied natural gas (LNG) akan menguras jatah bahan bakar untuk negara lain sehingga memaksa mereka menggunakan lebih banyak batu bara.

Emiten saham tambang lantas berjuang untuk memenuhi lonjakan permintaan seiring dengan upaya mengamankan bahan bakar.

Fitch memproyeksikan harga bahan bakar yang dimuat di pelabuhan Newcastle Australia rata-rata US$320 per ton tahun ini dan US$246 per ton rata-rata dari 2022 hingga 2026, naik dari perkiraan sebelumnya masing-masing US$230 dan US$159.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper