Bisnis.com, JAKARTA – Entitas Unilever di Asia Tenggara tercatat menjadi perusahaan yang paling aktif menggelontorkan dana terbesar untuk iklan.
Seperti dikutip dari riset Nielsen Ad Intel yang dipublikasikan Rabu (17/8/2022), entitas Unilever di Asia Tenggara merajai belanja iklan pada semester I/2022 di tiga negara, yakni Indonesia, Thailand, dan Fillipina.
Di Indonesia, emiten barang konsumen PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menjadi perusahaan dengan pengeluaran iklan terbesar berdasarkan riset Nielsen Ad Intel.
UNVR menjadi perusahaan dengan belanja iklan terbesar. Belanja iklan terbesar di Indonesia disusul oleh Valorant, dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).
Laporan Nielsen Ad Intel menunjukkan belanja iklan semester I/2022 naik 7 persen secara tahunan sehingga menembus Rp135 triliun berdasarkan gross rate card.
Data Nielsen Ad Intel mengungkapkan bahwa media televisi masih menjadi medium iklan yang mendominasi dengan porsi 79,2 persen dan tumbuh lebih dari 8 persen dengan nilai Rp107,5 triliun. Iklan digital kemudian menyusul dengan porsi 15,2 persen dengan nilai Rp20,5 triliun. Namun, iklan melalui media cetak dan radio tercatat turun masing-masing 4,8 persen dan 0,3 persen.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan interim UNVR per 30 Juni 2022, pengeluaran untuk iklan dan riset tercatat mencapai Rp1,58 triliun. Nilai tersebut 39,03 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran iklan dan riset semester I/2021 sebesar Rp1,14 triliun.
Sementara itu, di Thailand, Unilever (THAI) Holdings menempati posisi pertama sebagai perusahaan dengan belanja iklan terbesar pada paruh pertama tahun ini. Posisinya disusul secara berturut-turut oleh Nestle Ltd, dan Protect & Gamble.
Hal serupa juga terjadi di Filipina. Unilever Philipines Inc. berada di posisi puncak sebagai perusahaan dengan belanja iklan terbesar di negara tersebut. Perusahaan itu berada di atas Protect & Gamble Phils. Inc. dan Unilab Inc.
Head of Commercial Growth untuk Nielsen Asia Pasifik Arnaud Frade mengatakan, di tengah lanskap media yang kompleks saat ini, audiens memiliki akses ke lebih banyak konten dalam berbagai macam platform dibandingkan sebelumnya.
Menurutnya, untuk menjadi yang terdepan, pelaku bisnis memerlukan advertising intelligence untuk mengembangkan strategi media yang efisien dan membedakan mereka dari pesaing.
"Berdasarkan laporan return of interest Nielsen, perusahaan perlu menghabiskan sebanyak 1 persen dan 9 persen dari pendapatan untuk tetap kompetitif," kata dia, dalam keterangan resminya, Rabu (17/8/2022).