Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unilever (UNVR) dan Indofood (INDF) Royal Belanja Iklan, Simak Rekomendasi Sahamnya

Beberapa perusahaan besar di industri FMCG masuk dalam jajaran top pengiklan pada paruh pertama 2022. Di antaranya adalah PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, JAKARTA — Belanja iklan dan promosi emiten barang konsumer pada sisa 2022 diperkirakan tidak akan sebesar semester I/2022. Secara historis, pengeluaran jumbo pada promosi juga tidak selalu berdampak signifikan pada kinerja pendapatan.

Laporan Nielsen Ad Intel menunjukkan belanja iklan semester I/2022 naik 7 persen secara tahunan sehingga menembus Rp135 triliun berdasarkan gross rate card. Sejumlah emiten fast moving consumer goods (FMCG) tercatat masuk jajaran top pengiklan.

Beberapa perusahaan besar di industri FMCG masuk dalam jajaran top pengiklan pada paruh pertama 2022. Di antaranya adalah PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), P&G, Nestle, dan WINGS.

Nielsen tidak memperinci nilai iklan dari masing-masing perusahaan, tetapi menyebutkan bahwa nama-nama besar di industri FMCG lebih banyak beriklan melalui televisi. Dari sektor lain, top pengiklan mencakup Valorant, Lazada, dan Garena.

Berdasarkan laporan keuangan interim UNVR per 30 Juni 2022, pengeluaran untuk iklan dan riset tercatat mencapai Rp1,58 triliun. Nilai tersebut 39,03 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran iklan dan riset semester I/2021 sebesar Rp1,14 triliun.

Kenaikan belanja iklan juga terlihat pada laporan keuangan Indofood untuk tiga bulan pertama di 2022. Sepanjang Januari—Maret tahun ini, beban iklan dan promosi emiten berkode INDF itu mencapai Rp571,19 miliar atau meningkat 16,59 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp489,88 miliar.

“Secara historis, sebelum pandemi belanja iklan Unilever maupun Indofood di sisa tahun tidak seagresif di semester pertama, meski penurunannya tipis,” kata Research Analyst MNC Sekuritas Raka Junico, Minggu (14/8/2022).

Raka berpandangan kenaikan belanja iklan dan promosi dilakukan emiten untuk menjaga pangsa pasarnya, di tengah kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) beberapa produk akibat kenaikan harga bahan baku dan inflasi.

“Terutama Unilever yang pangsa pasarnya fluktuatif di sejumlah brand karena pasar yang lebih kompetitif, sementara INDF dan ICBP cenderung masih memiliki pangsa yang terjaga sehingga memiliki purchasing power,” lanjut Raka.

Jika ditambah dengan pengeluaran untuk promosi sebesar Rp765 miliar sepanjang semester I/2022, total belanja iklan dan promosi Unilever selama periode ini mencapai Rp2,35 triliun. Nilai tersebut meningkat 6,96 persen persen dibandingkan dengan semester I/2021 sebesar Rp2,20 triliun, tetapi 15,31 persen lebih tinggi dibandingkan dengan semester I/2019 sebesar Rp2,04 triliun.

Rasio belanja iklan dan promosi terhadap pendapatan Unilever juga cenderung meningkat secara tahunan dan dibandingkan dengan sebelum pandemi. Pada semester I/2019, rasio total belanja iklan dan promosi mencapai 9,51 persen dari pendapatan, sementara pada 6 bulan pertama tahun ini sebesar 10,96 persen.

Di sisi lain, rasio belanja iklan dan promosi terhadap pendapatan Indofood pada kuartal I/2022 hanya sebesar 2,08 persen, naik tipis dari posisi kuartal I/2021 sebesar 2,00 persen dan lebih rendah dari kuartal I/2019 sebesar 2,57 persen. Sepanjang Januari—Maret 2022, emiten berkode INDF ini meraup pendapatan bersih sebesar Rp27,44 triliun atau 43,18 persen lebih tinggi daripada pendapatan bersih kuartal I/2019 sebesar Rp19,17 triliun.

“Dampak belanja iklan dan promosi ke pendapatan memang berpengaruh, tetapi tidak terlalu signifikan,” kata Raka.

Raka memberikan rekomendasi buy baik untuk INDF dan ICBP dengan target harga Rp7.850 dan Rp9.800. Adapun untuk UNVR, Raka belum memperbarui rekomendasi dan terakhir kali menyematkan rating hold untuk UNVR dengan harga Rp4.600 pada akhir Juli 2022. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/8/2022), saham UNVR terpantau menguat 0,42 persen ke harga Rp4.770 per saham.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper