Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Iklan Tembus Rp135 Triliun, UNVR, MYOR, dan INDF Paling Royal

Sejumlah emiten fast moving consumer goods (FMCG) tercatat masuk jajaran top pengiklan seperti UNVR, MYOR, dan INDF.
Sejumlah emiten fast moving consumer goods (FMCG) tercatat masuk jajaran top pengiklan seperti UNVR, MYOR, dan INDF. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah emiten fast moving consumer goods (FMCG) tercatat masuk jajaran top pengiklan seperti UNVR, MYOR, dan INDF. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan Nielsen Ad Intel menunjukkan belanja iklan semester I/2022 naik 7 persen secara tahunan sehingga menembus Rp135 triliun berdasarkan gross rate card. Sejumlah emiten fast moving consumer goods (FMCG) tercatat masuk jajaran top pengiklan seperti UNVR, MYOR, dan INDF.

Data Nielsen Ad Intel mengungkapkan bahwa media televisi masih menjadi medium iklan yang mendominasi dengan porsi 79,2 persen dan tumbuh lebih dari 8 persen dengan nilai Rp107,5 triliun. Iklan digital kemudian menyusul dengan porsi 15,2 persen dengan nilai Rp20,5 triliun. Namun, iklan melalui media cetak dan radio tercatat turun masing-masing 4,8 persen dan 0,3 persen.

Beberapa perusahaan besar di industri FMCG masuk dalam jajaran top pengiklan pada paruh pertama 2022. Di antaranya adalah PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), P&G, Nestle, dan WINGS.

Nielsen tidak memperinci nilai iklan dari masing-masing perusahaan, tetapi menyebutkan bahwa nama-nama besar di industri FMCG lebih banyak beriklan melalui televisi. Dari sektor lain, top pengikla mencakup Valorant, Lazada, dan Garena.

“Terlihat belanja iklan didominasi oleh produk FMCG dan e-commerce, di mana FMCG banyak beriklan di saluran televisi sedangkan e-commerce banyak beriklan di saluran digital,” kata Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu (14/8/2022).

Berdasarkan laporan keuangan interim UNVR per 30 Juni 2022, pengeluaran untuk iklan dan riset tercatat mencapai Rp1,58 triliun. Nilai tersebut 39,03 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran iklan dan riset semester I/2021 sebesar Rp1,14 triliun.

Kenaikan belanja iklan juga terlihat pada laporan keuangan Indofood untuk tiga bulan pertama di 2022. Selama Januari—Maret tahun ini, beban iklan dan promosi emiten berkode INDF itu mencapai Rp571,19 miliar atau meningkat 16,59 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp489,88 miliar.

Sementara itu, belanja iklan dan promosi Mayora tercatat turun pada semester I/2022. Pos pengeluaran iklan dan promosi selama periode ini menembus Rp1,24 triliun atau turun 20,82 persen secara tahunan dibandingkan dengan Rp1,57 triliun pada semester I/2021.

Di tengah kenaikan belanja iklan, Nielsen juga menyoroti jumlah produk baru yang muncul. Jika dibandingkan dengan 2019, jumlah produk baru pada semester pertama 2022 justru lebih kecil, yaitu sebesar 4.334 dari total 13.704 produk yang beriklan. Kategori leisure dan facial product mendominasi untuk meluncurkan iklan produk baru.

“Untuk semester pertama 2022 ini, bisa dikatakan bahwa pengiklan sudah mulai menunjukkan rasa percaya diri untuk kembali beriklan. Hal ini menunjukkan bahwa industri mulai pulih pascapandemi. Namun, masih ada kehati-hatian untuk meluncurkan produk baru dan juga para pengiklan mulai menggunakan strategi campaign yang lebih pendek untuk tema-tema tertentu,” kata Helen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper