Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa generasi milenial di dunia lebih tertarik pada investasi yang berkelanjutan atau memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan.
Mengutip dari laman resmi OJK Institute pada Sabtu (13/8/2022), investasi berkelanjutan adalah proses investasi yang mengindahkan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. Jenis investasi ini mencakup environment, social, dan governance (ESG) untuk menjaga keberlanjutan perekonomian dan kehidupan.
Berdasarkan suatu studi, Mahendra menyampaikan generasi milenial yang berinvestasi justru lebih banyak pada investasi berkelanjutan secara proporsional dari keseluruhan portofolio mereka dibandingkan dengan generasi yang lebih tua.
Mahendra menyampaikan investor yang berusia antara 18–36 tahun mengatakan bahwa mereka menginvestasikan rata-rata 41 persen dari portofolionya pada investasi berkelanjutan.
“Alasan utama adalah harapan bagi investasi tersebut dilakukan pada produk perusahaan-perusahaan dan lembaga yang memiliki kegiatan bisnis yang mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan,” kata Mahendra dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) bertajuk “Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments” secara daring, Jumat (12/8/2022).
Selain itu, lanjut Mahendra, investasi berkelanjutan juga dinilai memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan dilaksanakan dengan memenuhi prinsip good governance yang baik atau ESG.
Baca Juga
Adapun, investor pasar modal pada posisi Juni 2022 telah tumbuh 3,7 kali lipat atau 370 persen. Jumlah investor tersebut tumbuh menjadi 9,3 juta investor dibandingkan pada 2019 pra pandemi yang hanya sebesar 2,5 juta investor.
“Dan yang menarik sekali dari tambahan investor itu sebanyak 81 persen merupakan investor generasi milenial dan generasi Z,” ungkapnya.
Mahendra menjelaskan peningkatan jumlah investor domestik tersebut merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan berbagai program sosialisasi, edukasi, dan literasi keuangan kepada masyarakat.
Menurutnya, salah satu pendorong utama masuknya investor muda di pasar modal adalah tingkat literasi mengenai investasi yang semakin tinggi. Hal ini ditopang oleh berbagai kanal informasi yang semakin mudah diakses, terutama melalui sosial media.
“Digitalisasi juga membuat proses transaksi efek di pasar modal semakin mudah dan terjangkau, termasuk pembukaan rekening efek yang kini dapat dilakukan melalui internet. Salah satunya melalui agen penjual perusahaan teknologi finansial atau fintech,” tuturnya.