Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Tancorp Group produsen air minum dalam kemasan PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO) atau Tanobel Food memastikan pembangunan tiga pabrik baru tetap berlanjut. Penjualan diharapkan naik dengan kehadiran pabrik baru.
Saat ini, CLEO mengoperasikan 27 unit pabrik dan sedang menambah kapasitas untuk 5 pabrik existing yang berlokasi di Medan, Banjarmasin, Kendari, Citeureup, dan Bojonegoro. Perusahaan juga tengah membangun 3 pabrik baru di Balikpapan, Palangkaraya dan Palembang.
“Kami sudah menyiapkan capex Rp220 miliar yang sebagian besar untuk pabrik baru. Sumber dana kami prioritaskan dari dana internal,” kata Wakil Direktur Utama CLEO Melisa Patricia dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Kamis (28/7/2022).
Dia mengatakan gejolak ekonomi akibat inflasi tidak akan terlalu berdampak pada rencana ekspansi Tanobel Food. Ekspansi pabrik ini, lanjut Melisa, justru akan mengurangi biaya distribusi CLEO.
“Kami targetkan untuk pabrik tersebut dapat beroperasional dalam jangka waktu 6 hingga 7 bulan sejak pembangunan dilakukan dan dalam 1 tahun kami targetkan untuk sudah memperoleh keuntungan,” tambahnya.
CLEO tercatat membukukan kenaikan kinerja sepanjang semester I/2022. Perseroan membukukan kenaikan penjualan dan laba di tengah kenaikan harga bahan baku.
Penjualan emiten berkode CLEO itu tercatat naik 23,75 persen yoy, dari Rp529,31 miliar pada enam bulan pertama 2021 menjadi Rp655,06 miliar pada paruh pertama 2022.
Penjualan CLEO terutama ditopang oleh kenaikan penjualan minuman botol yang tumbuh 50,16 persen yoy menjadi Rp314,55 miliar, dari Rp209,47 miliar pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualan minuman bukan botol naik 6,56 persen yoy dari Rp309,35 miliar menjadi Rp329,67 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan produsen air minum merek Cleo ini naik 30,68 persen yoy menjadi Rp392,41 miliar, dari sebelumnya Rp300,27 miliar. Kenaikan terutama disumbang oleh naiknya beban bahan baku yang digunakan dari Rp157,29 miliar menjadi Rp218,02 miliar atau naik 38,61 persen yoy.
Meski demikian, CLEO tetap mampu membukukan kenaikan laba kotor sebesar 14,66 persen yoy, dari Rp229,04 miliar pada semester I/2021 menjadi Rp262,64 miliar pada semester I/2022. CLEO juga masih membukukan kenaikan laba tahun berjalan sebesar 12,12 persen yoy dari Rp91,75 miliar menjadi Rp102,87 miliar.
Adapun total aset perseroan mengalami peningkatan sebesar 16,25 persen dari Rp1,34 triliun per Desember 2021 menjadi Rp1,56 triliun. Kenaikan terutama disebabkan oleh kenaikan aset lancar sebesar 43,93 persen dari Rp280 miliar pada 31 Desember 2021 menjadi Rp403 miliar pada 30 Juni 2022.
“Kenaikan terutama pada pos piutang usaha dan persediaan yang meningkat karena adanya peningkatan volume penjualan yang membutuhkan kenaikan modal kerja perseroan,” kata Direktur Keuangan CLEO Lukas Setio Wongso Wong.
Sementara itu, total liabilitas perseroan naik 36,60 persen menjadi Rp474 miliar per 30 Juni 2022 dibandingkan dengan Rp347 miliar pada 31 Desember 2021.
Kenaikan terutama disebabkan oleh naiknya utang bank sebesar 42,86 persen menjadi Rp220 miliar pada 30 Juni 2022. Kenaikan pinjaman bank dilakukan untuk menunjang kegiatan investasi dan penambahan modal kerja perseroan.
Utang usaha juga mengalami kenaikan sebesar 55,56 persen dari Rp72 miliar pada 31 Desember 2021 menjadi Rp112 miliar pada 30 Juni 2022. Peningkatan disebabkan oleh utang usaha terkait peningkatan pembelian bahan baku untuk menunjang kenaikan volume penjualan.