Bisnis.com, JAKARTA - Emiten alat berat grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih hingga 62 persen pada Semester I/2022. Kinerja laba bersih meningkat lebih dari dua kali lipat.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, emiten berkode UNTR ini mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp60,4 triliun atau meningkat sebesar 62 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp37,31 triliun.
Masing-masing unit usaha yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas, dan Industri Konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 29 persen, 33 persen, 31 persen, 6 persen dan 1 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Rinciannya, pertumbuhan signifikan pada lini bisnis pertambangan batu bara naik 149,17 persen menjadi Rp18,68 triliun.
Lini bisnis mesin konstruksi United Tractors mencatatkan pertumbuhan 85,58 persen menjadi Rp17,42 triliun pada semester I/2022 ini. Dilanjut lini bisnis kontraktor penambangan mencatatkan pendapatan sebesar Rp19,95 triliun naik 29,23 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sisanya, lini bisnis pertambangan emas turun menjadi Rp3,88 triliun dari Rp4,34 triliun, lini bisnis industri konstruksi turun menjadi Rp476 miliar dan lini bisnis energi baru hadir dengan pendapatan Rp13 miliar.
Baca Juga
Seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, United Tractors mencatatkan rata-rata nilai tukar naik 2 persen menjadi Rp14.848 per dolar AS.
Selanjutnya, beban pokok pendapatan juga naik signifikan dari Rp29,28 triliun menjadi Rp43,93 triliun pada Semester I/2022. Hal ini membuat laba bruto UNTR naik 106 persen menjadi Rp16,51 triliun dari Rp8,02 triliun.
Setelah dikurangi berbagai beban yang berhasil diefisienkan, UNTR mencatatkan laba setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih meningkat 129 persen dari Rp4,51 triliun menjadi Rp10,35 triliun pada paruh pertama 2022.
Sementara itu, jumlah aset United Tractors naik 21 persen dari Rp106,86 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp129,23 triliun pada pertengahan tahun ini. Di sisi lain, jumlah liabilitas juga meningkat 21 persen menjadi Rp47,27 triliun pada 30 Juni 2022 dari Rp39,2 triliun pada 31 Desember 2021.