Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diprediksi akan melanjutkan pelemahan dalam jangka pendek seiring dengan penurunan permintaan dan melimpahnya persediaan di Indonesia
Dilansir dari The Star pada Rabu (27/7/2022), laporan dari lembaga konsultan komoditas LMC International menyebutkan, harga CPO acuan Malaysia sempat mencetak rekor pada awal tahun ini seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Selain itu, larangan ekspor sementara yang diberlakukan Indonesia memperketat pasokan minyak konsumsi global.
Meski larangan tersebut telah dicabut, level ekspor CPO Indonesia saat ini belum kembali ke angka yang normal. Hal ini akibat adanya kewajiban pasokan domestik atau domestic market obligation (DMO) yang dibebankan kepada perusahaan – perusahaan untuk mendapat izin ekspor.
Head of Southeast Asia Region LMC International Julian McGill mengatakan, hal tersebut berimbas pada melonjaknya stok CPO dan pelemahan harga. Selain itu, harga CPO domestik Indonesia juga terimbas negatif akibat stok yang berlebih tersebut.
“Pasar akan melihat pelemahan harga seiring dengan kesulitan Indonesia dalam mengekspor stok CPO yang berlebih,” jelasnya.
Baca Juga
Pekan lalu, pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk menghapus kewajiban penjualan domestik untuk ekspor CPO akibat tingginya stok domestik yang ikut menghambat pemulihan harga.
Lebih lanjut, McGill menambahkan indikasi jelas terkait melemahnya permintaan dan puncak masa produksi akan semakin membebani pasar.
“Ketika ekspor Indonesia kembali ke level yang normal, pasokan CPO nya akan masuk ke Malaysia sebagai produsen nomor dua di dunia,” pungkasnya.
Adapun, berdasarkan data dari Bursa Malaysia, hingga siang ini harga CPO kontrak teraktif terpantau turun 66 basis poin ke 3.721 ringgit per ton.