Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Berpotensi Tembus 5.000 Ringgit, Ini Sentimen Pendorongnya

Harga CPO diperkirakan akan naik menjadi 5.000 hingga 5.500 ringgit per ton dalam tiga bulan terakhir 2022.
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia. Harga CPO diperkirakan akan naik menjadi 5.000 hingga 5.500 ringgit per ton dalam tiga bulan terakhir 2022. /Dimas Ardian - Bloomberg
Pekerja mengangkat buah sawit yang dipanen di Kisaran, Sumatera Utara, Indonesia. Harga CPO diperkirakan akan naik menjadi 5.000 hingga 5.500 ringgit per ton dalam tiga bulan terakhir 2022. /Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau CPO menguat berpotensi kembali menembus level 5.000 ringgit per ton, sekitar US$1.122 atau Rp16,79 juta per ton pada tahun ini seiring dengan penurunan produksi yang membuat pasar lebih ketat.

Pada hari ini Senin (25/7/2022), harga CPO di Bursa Malaysia turun 1,57 persen atau 58 poin menjadi 3.646 ringgit per ton. Sepanjang 2022, harga CPO sudah melemah 28,13 persen.

Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Zuraida Kamaruddin menyampaikan harga CPO kemungkinan akan tetap lemah pada kuartal III/2022 karena Indonesia menetapkan pungutan tarif ekspor Rp0. Rata-rata harga CPO dapat bergerak antara 4.800 ringgit dan 5.200 ringgit per ton.

"Dengan perkiraan dimulainya kembali pungutan ekspor Indonesia di September dan penurunan produksi minyak sawit di kuartal IV/2022, harga CPO diperkirakan akan naik menjadi 5.000 hingga 5.500 ringgit per ton dalam tiga bulan terakhir," paparnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (25/7/2022). 

Sementara itu, terkini para investor sedang menunggu data yang bisa menunjukkan peningkatan ekspor Malaysia, kata Gnanasekar Thiagarajan, kepala strategi perdagangan dan lindung nilai di Kaleesuwari Intercontinental. Ini bisa menunjukkan peningkatan permintaan luar negeri.

“Jika ekspor menunjukkan kenaikan, itu bisa mengurangi tekanan pada persediaan,” kata Thiagarajan. Surveyor kargo diatur untuk rilis data pengiriman dari Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia, untuk 25 hari pertama bulan Juli.

Indonesia telah meningkatkan pengiriman untuk mengurangi pembengkakannya persediaan, sebuah langkah yang menyebabkan harga turun sekitar 50 persen dari rekor penutupan pada bulan April.

Pemerintah telah membebaskan ekspor retribusi hingga akhir Agustus dan sedang mempertimbangkan untuk menghapus domestik kewajiban pasar untuk lebih mempercepat pengiriman.

Investor juga menilai kesepakatan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali ekspor pertanian dari Ukraina, salah satu yang terbesar di dunia eksportir gandum, jagung dan minyak nabati. Tidak pasti bagaimana dengan cepat ekspor akan maju dengan perang Rusia yang masih berkecamuk.

Rusia menyerang pelabuhan laut Odesa dengan rudal jelajah di akhir pekan, hanya beberapa jam setelah menandatangani kesepakatan untuk membuka blokir gandum ekspor dari Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper