Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Perkasa Jelang Hasil Pertemuan The Fed

Saat rupiah menguat, mata uang lain di kawasan Asia yang dibuka menguat di antaranya yen Jepang naik 0,26 persen, dan won Korea Selatan naik 0,15 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (26/7/2022). Bersamaan dengan itu, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia turut melaju di teritori positif.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka menguat 32,00 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.961,00 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,21 persen ke posisi 106,262.

Selain rupiah, mata uang lain di kawasan Asia lain yang dibuka menguat di antaranya peso Filipina naik 0,76 persen, yen Jepang naik 0,26 persen, won Korea Selatan naik 0,15 persen, dan dolar Singapura naik 0,08 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, ringgit Malaysia terpantau melemah 0,04 persen, dan dolar Taiwan turun 0,01 persen terhadap dolar AS di pagi ini.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan, meskipun melemah, dolar berada pada pijakan yang kuat, karena para pedagang bersiap untuk kenaikan suku bunga AS yang tajam pekam ini dan mencari safe haven karena data menunjukkan melemahnya ekonomi global.

Federal Reserve AS mengakhiri pertemuan dua hari pada Rabu (27/7/2022), dan pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin dengan sekitar 9 persen peluang kenaikan 100 basis poin.

“Perlambatan telah mendorong para pedagang untuk menarik kembali ekspektasi pengetatan, khawatir ekonomi yang goyah hanya dapat menahan begitu banyak kenaikan suku bunga, tetapi investor belum menurunkan dolar terlalu jauh dari tonggak tertinggi mengingat prospek global begitu suram,” terangnya dalam riset harian, Senin (25/7/2022).

Ketegangan geopolitik juga meningkat, dengan pertumbuhan Eropa bergantung pada gas Rusia dan Financial Times melaporkan China telah membuat peringatan keras terhadap kemungkinan perjalanan ke Taiwan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

Dari sisi internal, kondisi ekonomi global saat ini menghadapi tekanan yang sangat besar akibat tingginya harga komoditas, inflasi yang terus menanjak, dan adanya risiko pembengkakan utang dan mengarah terhadap risiko resesi secara menyeluruh.

Indonesia pun turut terpengaruh oleh berbagai tekanan dan gejolak yang ada, terutama tingginya inflasi yang memacu banyak bank sentral global menaikkan suku bunga.

“Namun, risiko perekonomian Indonesia berasal dari tekanan luar negeri, bukan dari dalam negeri, karena fundamental dan kinerja sejauh ini yang cukup baik,” imbuhnya.

Dilihat dari tingkat inflasi Indonesia terbilang masih rendah dari kondisi negara-negara lainnya, karena masih cukup dekat dengan harapan pemerintah, yakni di kisaran 4 persen. Kondisi itu bisa terjadi diantaranya karena bauran kebijakan fiskal dan moneter, oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.

“BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” lanjut Ibrahim.

Indonesia pun menuai berkah dari tingginya harga komoditas, karena merupakan eksportir batu bara dan crude palm oil (CPO). Meskipun begitu, Indonesia tetap menanggung besarnya beban subsidi akibat harga minyak global yang membengkak.

Dengan data fundamental dalam negeri yang bagus, pijakan mata uang Garuda tetap menguat walaupun secara bersamaan dolar menguat juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper