Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perlambatan Ekonomi Global Menghantui, Harga Minyak Lesu

Sentimen perlambatan ekonomi global yang dapat menekan permintaan bahan bakar berpeluang menekan turun harga minyak.
Sentimen perlambatan ekonomi global yang dapat menekan permintaan bahan bakar berpeluang menekan turun harga minyak. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Sentimen perlambatan ekonomi global yang dapat menekan permintaan bahan bakar berpeluang menekan turun harga minyak. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak turun pagi ini karena investor melihat risiko penurunan permintaan akibat perlambatan ekonomi global.

Pada perdagangan Senin (25/7/2022) pukul 10.09 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2022 turun 0,71 persen atau 0,67 poin menjadi US$94,03 per barel. Harga minyak Brent kontrak September 2022 terkoreksi 0,45 persen atau 0,46 poin menuju US$102,74 per barel.

"Sentimen perlambatan ekonomi global yang dapat menekan permintaan bahan bakar berpeluang menekan turun harga minyak," papar Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya.

Harga minyak WTI berpeluang dijual untuk menguji level support US$93,25 selama harga tertahan di bawah level resistance US$97.00.

Namun, kenaikan lebih tinggi dari level resistance tersebut berpeluang memicu aksi beli terhadap harga minyak menguji level resistance selanjutnya US$97,90.

Level Support: 94.80 - 93.95 - 93.25

Level Resistance: 96.20 - 97.00 - 97.90

Mengutip Bloomberg, Bank Sentral AS Federal Reserve diperkirakan akan menyetujui kenaikan suku bunga besar lainnya minggu ini sebagai upaya memerangi lonjakan inflasi, sehingga menumpuk tekanan pada permintaan minyak. Namun, menurut pedagang komoditas veteran Pierre Andurand, konsumsi minyak dapat melebihi ekspektasi bahkan jika ekonomi global goyah.

Harga minyak masih naik sekitar 25 persen untuk tahun ini, meskipun kontrak berjangka telah menyerahkan sebagian besar keuntungan yang terlihat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022.

AS telah memperjuangkan batas harga minyak mentah Rusia sebagai upaya membatasi pendapatan yang mengalir ke Kremlin untuk mendanai perangnya, dan pejabat nomor dua Departemen Keuangan AS akan berada di Eropa minggu ini untuk menggalang dukungan untuk tindakan tersebut.

Perang Rusia di Ukraina telah mendorong banyak konsumen minyak menjauh dari produsen OPEC+. Hal itu menyebabkan Arab Saudi dan Irak mengalihkan lebih banyak minyak mentah mereka ke Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper