Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan menahan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada level 3,5 persen dinilai masih berdampak positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menilai Bank Indonesia masih sangat optimistis dengan indikator ekonomi Indonesia. Bahkan, Bank Indonesia menyatakan pemulihan yang terjadi lebih baik dari ekspektasi.
Selain itu, adanya penolakan dari pengusaha atas kenaikan suku bunga juga menjadi pertimbangan, karena kenaikan suku bunga dirasa menekan proses pemulihan.
"Saya menilai bahwa keputusan yang diambil Bank Indonesia sudah cukup bijaksana. Mereka menahan tingkat suku bunga untuk mendukung dunia usaha, tetapi tetap memiliki ruang mengintervensi nilai tukar, karena cadangan devisa Indonesia yang masih cukup besar," paparnya kepada Bisnis, Kamis (21/7/2022).
Menurutnya, cadangan devisa yang tinggi sejalan dengan surplusnya neraca perdagangan akibat tren komoditas yang positif.
Namun, Ike menilai pada pertemuan selanjutnya Bank Indonesia harus lebih hawkish dan minimal menaikkan suku bunga 25 basis poin untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Baca Juga
Hal ini guna mengimbangi sikap The Fed yang diprediksikan berpeluang menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin.
Dengan demikian, kebijakan menahan suku bunga masih memiliki potensi yang cukup baik bagi IHSG. Diperkirakan pergerakan IHSG masih akan berjalan di jalur yang cukup konservatif dengan outlook netral.
Kebijakan menahan suku bunga juga menurutnya sempat direspon positif oleh pasar di akhir perdagangan. BI mengumumkan suku bunga ditahan pada pukul 14.00 WIB, setelah itu, IHSG mengalami rebound kecil walaupun belum sempat membawa indeks ke zona hijau.
"Setelah itu ada rebound kecil, meski memang tidak terlalu kuat karena ekspektasi pasar adalah Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga min 25bps demi jaga nilai tukar," katanya.
Menurutnya, implementasi yang diberikan oleh Bank Indonesia berbanding terbalik dengan ekspektasi analis. Dengan demikian, pergerakan IHSG diperkirakan masih akan sideways atau cenderung konservatif.
Adapun, pasar dapat memperhatikan nilai tukar rupiah dan strategi Bank Indonesia akan mengatasi tantangan ini ke depan. Jika gagal dan ternyata rupiah terdepresiasi hingga sentuh Rp15,100, IHSG kemungkinan akan cenderung ke arah bearish.
"Namun, jika berhasil akan bergerak sebaliknya dalam tren yang positif dan memang belum bisa terlalu banyak optimistis karena inflasi Indonesia sempat sentuh di atas 4 persen," tambahnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga 3,5 persen merupakan pilihan tepat guna mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya pada 2022.
"Optimalisasi kinerja dan efek domino dari suku bunga yang ditahan bakal berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan emiten, mengingat pemerintah dan stakeholder sudah melaksanakan kebijakan yang baik. Hal ini menjadi momentum emiten menaikkan bottom line dan top line," katanya.
Nantinya ketika kinerja emiten membaik bakal menjadi mitigasi risiko turbulensi pasar dengan sendirinya. Dengan begitu, faktor suku bunga tidak menjadi soal dan dapat dinaikkan.