Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) terancam harus menaikkan suku bunga acuan untuk.menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Hal ini dinilai pengembang properti PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) atau Metland tak akan terlalu berdampak pada pasar properti.
Direktur MTLA Olivia Surodjo mengatakan, perkiraan kenaikan suku bunga tidak akan drastis langsung melesat hingga dua digit, sehingga harapannya masih dapat diterima oleh konsumen.
"Market kami sebagian besar adalah karyawan, end user atau first home buyer yang menggunakan fasilitas KPR ini. Kenaikan suku bunga mungkin dampaknya pada cicilan bulanan. Tapi jika mengambil tenor panjang 15 hingga 20 tahun tidak akan terlalu berdampak signifikan pada kenaikan cicilan setiap bulannya," terangnya kepada Bisnis, Selasa (19/7/2022).
Menurut Olivia, tipikal konsumen pada segmen pasar tersebut, sepanjang cicilan masih dapat diakomodir dengan penghasilan bulanan, masih dapat diterima.
Tahun 2022 Metland menargetkan marketing sales yang terdiri dari presales dan recurring revenue sebesar Rp1,8 triliun, pada semester I ini sudah mencapai Rp704 miliar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu masih di bawah sekitar 8 persen.
Beberapa faktor yang berpengaruh mendorong pembelian antara lain seperti di periode lebaran jika dibandingkan tahun lalu di mana mobilitas ke luar kota masih dibatasi banyak konsumen yang menggunakan uang THR untuk melakukan DP pembelian rumah.
Baca Juga
Sementara itu, pada tahun ini di mana mudik mulai dilonggarkan menjadi euforia dan prioritas konsumen sehingga menunda pembelian rumah setelah periode tersebut.
"Tantangan selanjutnya adalah pemberlakuan PPN 11 persen, berkurangnya stimulus PPN DTP ditambah dengan kondisi makroekonomi saat ini seperti kenaikan inflasi, kenaikan bahan bahar dan bahan baku setidaknya mempengaruhi daya beli masyarakat," ujarnya.
Namun, sejauh ini MTLA masih menggunakan target yang ditetapkan dari awal 2022 dan tidak ada revisi.