Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan produsen furnitur kayu PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) menerapkan sejumlah strategi di tengah tingginya inflasi AS yang turut memengaruhi pergerakan bisnis ekspor perseroan.
Sekretaris Perusahaan WOOD Wendy Zhang menyampaikan, perseroan menerbitkan obligasi dan sukuk tahap pertama yang mencapai Rp959 miliar sebagai salah satu alternatif penguatan modal.
“Kami melihat situasi perekonomian global yang tidak pasti, karena itu kami menerbitkan sukuk ini untuk [memenuhi] kebutuhan modal kerja kami,” ujar Wendy dalam acara paparan publik virtual, Jumat (15/7/2022).
Selain itu, WOOD juga mengakuisisi pabrik di Lumajang seluas 2,3 hektare yang dibidik dapat meningkatkan kapasitas produksi segmen building component sebesar 20 persen.
Sepanjang 2021 WOOD membukukan total penjualan senilai Rp5,42 triliun, naik 84,9 persen year-on-year (yoy) dibandingkan tahun lalu.
Pertumbuhan penjualan berasal dari kontribusi ekspor khususnya ke pasar AS yang menjadi penyumbang terbesar pendapatan perseroan, yakni sebesar 91,4 persen dari total penjualan.
Baca Juga
Adapun segmen building component menyumbang 66,3 persen dari total penjualan, bertumbuh 184 persen secara tahunan.
Lebih lanjut, Wendy menambahkan perseroan tidak akan mengalokasikan capex di tahun ini untuk ekspansi, tetapi lebih ke diversifikasi usaha.
Pasalnya, pasar kayu diproyeksikan tetap menarik ke depan, sehingga WOOD memutuskan untuk fokus ke segmen kehutanan (forestry) khususnya melirik pasar kayu AS yang cukup potensial.
“Capex tahun ini kami arahkan ke forestry karena ke depannya pasar kayu cukup menarik, mengingat index future kayu di AS masih punya potensi untuk naik,” tutupnya.
Sebagai informasi, pada kuartal I/2022 WOOD setidaknya sudah mengantongi pesanan produk kayu senilai Rp2,1 triliun di tengah perang dagang China dan Amerika yang membuka peluang bisnis lebih lanjut.
Amerika Serikat termasuk salah satu importir furnitur kayu terbesar senilai US$17 miliar, dan Indonesia menyumbang 5,1 persen dari keseluruhannya.