Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham GOTO, BBCA, ASII Dorong IHSG Berbalik Menguat, Tepis Efek Inflasi AS

Sejumlah saham big cap yang mendorong IHSG ialah GOTO yang naik 0,62 persen, ASII 2,15 persen, BBCA naik 1,07 persen, UNTR 2,48 persen.
Sejumlah saham big cap yang mendorong IHSG ialah GOTO yang naik 0,62 persen, ASII 2,15 persen, BBCA naik 1,07 persen, UNTR 2,48 persen. Bisnis/Himawan L Nugraha
Sejumlah saham big cap yang mendorong IHSG ialah GOTO yang naik 0,62 persen, ASII 2,15 persen, BBCA naik 1,07 persen, UNTR 2,48 persen. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat berbalik menguat pada perdagangan pagi ini dengan dorongan sejumlah saham big cap seperti GOTO, BBCA, ASII, dan UNTR.

Pukul 09.24 WIB, IHSG naik 0,05 persen atau 3 poin menjadi 6.643,99. Sepanjang pagi ini, IHSG bergerak di rentang 6.607,7-6.650,82.

Sejumlah saham big cap yang mendorong IHSG ialah GOTO yang naik 0,62 persen, ASII 2,15 persen, BBCA naik 1,07 persen, UNTR 2,48 persen. 

Sebelumnya, IHSG dibuka melemah seiring dengan lonjakan inflasi AS yang menyebabkan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif.

Pukul 09.00 WIB, IHSG turun 0,13 persen atau 8,58 poin menjadi 6.632,4, meneruskan pelemahan kemarin. Hingga pukul 09.03 WIB, IHSG jatuh 0,39 persen atau 25,85 poin menuju 6.615,14.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menyebutkan IHSG berpotensi terkoreksi di rentang 6.550—6.700 hari ini karena lonjakan inflasi AS menambah peluangan kenaikan suku bunga The Fed.

Inflasi ini berpotensi diikuti kenaikan suku bunga The Fed yang makin agresif, sedangkan suku bunga dalam negeri belum naik. Hal tersebut membuat spread suku bunga menjadi makin tipis sehingga mendorong aliran dana asing keluar dari Indonesia,” kata Cheryl ketika dihubungi, Rabu (13/7/2022).

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang terlalu agresif bisa memicu resesi karena bakal berimbas pada tingkat investasi dan aktivitas konsumsi.

Dalam situasi ini, pelaku pasar akan cenderung mengalihkan aset ke instrumen investasi yang lebih aman seperti deposito dan obligasi.

"Pastinya IHSG akan merespons dengan pelemahan dan berpotensi bergerak ke bawah level 6.600, terlebih dengan status Indonesia sebagai emerging market,” kata Nico.

Selain rilis data terbaru tingkat inflasi AS, Nico mengatakan pelaku pasar juga tengah mengantisipasi laporan kinerja ekonomi kuartal II/2022 China. Terdapat indikasi bahwa perekonomian China akan tumbuh negatif secara kuartalan imbas dari pembatasan mobilitas dalam kebijakan Zero Covid-19.

“Jika ekonomi China pada kuartal II/2022 tumbuh negatif, ini menjadi pertanda sudah ada ekonomi besar yang mengalami perlambatan,” kata dia.

Melansir Investors.com, tingkat inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) utama AS melonjak menjadi 9,1 persen di bulan Juni dari 8,6 persen di bulan Mei, level tertinggi baru dalam 40 tahun dan di atas proyeksi 8,8 persen. Inflasi inti, yang menghapus makanan dan energi, turun tipis menjadi 5,9 persen dari 6 persen.

Akibatnya, FedWatch CME sekarang melihat peluang 78 persen kenaikan suku bunga Fed 100 basis poin pada akhir pertemuan 26-27 Juli, naik dari 8 persen pada hari Selasa. Pasar sebelumnya telah meyakini kenaikan suku bunga The Fed 75 basis poin sebelum rilis data inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper