Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Volatil, Korporasi Diprediksi Masih Wait and See dalam Emisi Surat Utang

Emisi obligasi korporasi akan bergantung pada kondisi pasar yang saat ini masih sangat dinamis. Volatilitas pasar obligasi pemerintah sebagai acuan akan mempengaruhi minat perusahaan untuk mengeluarkan obligasi.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Fluktuasi pergerakan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara akan menjadi acuan untuk korporasi yang berminat menerbitkan obligasi di paruh kedua tahun 2022.

Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe mengatakan dari sisi permintaan minat investor terhadap obligasi korporasi Indonesia masih cukup baik. Hal tersebut mengingat nilai jatuh tempo obligasi selama semester II/2022 yang masih cukup besar.

“Selain itu, investor juga akan melakukan diversifikasi portofolio untuk meningkatkan return-nya sampai akhir tahun,” katanya saat dihubungi, Jumat (8/7/2022).

Dia menjelaskan, perkembangan pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik akan menjadi pertimbangan investor, mengingat yield SBN biasanya akan menjadi acuan bagi imbal hasil obligasi korporasi. Ketika volatilitas pasar SBN meningkat, investor akan menyesuaikan imbal hasil mereka sesuai yield pasar.

Menurut Amir, pada semester II/2022, investor akan memperhatikan sejumlah sentimen seperti perkembangan inflasi dan tren kenaikan suku bunga acuan.

Selain itu, prospek ekonomi ke depan, baik di dalam maupun di luar negeri, juga akan mempengaruhi minat investor.

Sementara itu, dari sisi obligor, emisi obligasi korporasi akan bergantung pada kondisi pasar yang saat ini masih sangat dinamis. Volatilitas pasar obligasi pemerintah sebagai acuan akan mempengaruhi minat perusahaan untuk mengeluarkan obligasi.

“Calon emiten obligasi korporasi akan perlu mempertimbangkan timing optimal untuk penerbitan. Sementara itu, investor juga perlu menyiapkan strategi reinvestasi, terutama untuk obligasi korporasi yang jatuh tempo,” jelas Amir.

Lebih lanjut, Amir menuturkan, emiten sudah pasti akan berusaha mencari sumber pembiayaan yang paling optimal dan tidak membebani keuangan perusahaan. Menurutnya, pilihan instrumen pembiayaan akan sangat bergantung pada kebutuhan masing – masing perusahaan.

“Jika tetap di obligasi, emiten kemungkinan akan mengatur komposisi tenor pendek dan tenor panjang agar lebih sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.

Sebelumnya, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, korporasi yang berencana untuk menerbitkan obligasi perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia. ia menjelaskan, kenaikan suku bunga BI diperkirakan mendorong kenaikan suku bunga secara umum.

“Hal ini akan membuat borrowing cost dari penerbitan obligasi meningkat,” jelasnya saat dihubungi.

Josua melanjutkan, peningkatan ini juga berpotensi mengganggu kinerja dari bisnis usaha yang memutuskan untuk menerbitkan obligasi di semester II/2022

Selain dari potensi kenaikan suku bunga, tantangan lain yang akan dihadapi obligor adalah tekanan dari sentimen The Fed kepada nilai tukar. Sentimen ini, lanjut Josua, akan menekan permintaan obligasi dari investor asing.

Sementara itu, sektor yang berpotensi dominan dalam penerbitan obligasi menurut Josua adalah sektor pertambangan dan keuangan. Ia memaparkan, penerbitan dari sektor pertambangan cenderung dominan mengingat harga komoditas global serta permintaan masih relatif solid.

“Dengan tren ini, kami perkirakan kebutuhan pembiayaan untuk ekspansi relatif tinggi,” katanya.

Adapun, pembiayaan sektor keuangan diperkirakan berasal dari strategi lembaga keuangan untuk mendapatkan borrowing cost yang lebih rendah di tengah potensi normalisasi kebijakan moneter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper