Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatatkan adanya tren perkembangan sukuk di Indonesia yang semakin meningkat, dengan beberapa faktor pendorong.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra menjelaskan, salah satu faktor utama pendorong sukuk yaitu jumlah permintaan atau demand yang ada.
“Tren sukuk sangat tergantung pada seberapa besar demand-nya,” ujar Salyadi dalam acara virtual Pefindo, Jumat (8/7/2022).
Selain jumlah permintaan, Salyadi menilai kinerja Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan beberapa bank syariah yang bisa menjadi investor dapat mendorong tren kenaikan sukuk.
Menurutnya, dari sisi cost atau return sukuk untuk investor hampir sama dengan konvensional, sehingga berpotensi untuk terus bertumbuh.
Data Pefindo menunjukkan, terdapat peningkatan outstanding sukuk di Indonesia dari tahun ke tahun. Sejak 2017, tren sukuk terus meningkat, yaitu dari Rp17 triliun menjadi Rp23,3 triliun, atau naik sebesar 37,3 persen.
Baca Juga
Kenaikan signifikan sukuk terus berlangsung hingga tahun ini, di mana jumlah outstanding sukuk selama semester I/2022 senilai Rp48,1 triliun, meningkat 10,3 persen dari tahun sebelumnya senilai Rp43,6 triliun.
Sementara itu, penerbitan baru sukuk juga terus meningkat sejak 2017, meski sempat menurun drastis saat pandemi Covid-19 melanda.
Pada 2021, penerbitan baru sukuk tercatat senilai Rp13,5 triliun, melonjak 71 persen dari tahun sebelumnya Rp7,9 triliun.
Sedangkan pada semester I/2022, penerbitan baru sukuk telah mencapai Rp6,7 triliun.
Berdasarkan data terbaru BEI, sejauh ini total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2022 sebanyak 53 emisi dari 41 emiten, dengan nilai mencapai Rp69,20 triliun.
Dengan kata lain, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat di BEI sebanyak 498 emisi dengan nilai outstanding Rp456 triliun dan US$47,5 juta yang diterbitkan 122 emiten.