Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Investasi yang Cocok ketika Inflasi Tembus 4,35 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan di Indonesia pada Juni 2022 telah mencapai 4,35 persen (year-on-year/yoy). Lalu jenis investasi apa yang cocok di situasi sekarang?
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan di Indonesia pada Juni 2022 telah mencapai 4,35 persen (year-on-year/yoy). Lalu jenis investasi apa yang cocok di situasi sekarang?

"Inflasi year on year 4,35 persen ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Juni 2017, di mana inflasi kita 4,37 persen," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, dalam rilis Jumat (1/7/2022).

Adapun, inflasi bulanannya mencapai 0,61 persen (month-to-month/mtm) dan inflasi tahun kalender 2022 sebesar 3,19 persen. Laju inflasi terus mengalami kenaikan di negara seperti Amerika Serikat. Indonesia juga dibayangi peningkatan inflasi, meskipun tidak setinggi Amerika Serikat.

Executive Vice President Wealth Management BCA Ugahary Yovvy Chandra menuturkan, bagi investor yang ingin berinvestasi saat inflasi, untuk terlebih dahulu mengenali profil risiko mereka.

Menurutnya, apabila investor tersebut bertipe konservatif, maka dapat berinvestasi di fixed income atau pasar uang. Akan tetapi, jika investor memiliki risiko profil moderat, maka sebanyak 30-40 persen investasinya bisa diletakkan pada saham.

"Kita harus tau saat ini, misalnya kalau kita tau saham itu high risk-high gain, return bagus, tapi kita juga punya risiko lebih tinggi," ujar Yovvy.

Selain saham, investor juga bisa melakukan investasi di surat utang atau obligasi. Jika investasi tersebut diletakkan pada obligasi pemerintah, maka risikonya akan dijamin pemerintah.

"Jadi mungkin sekian persen investasi kita buat cari pertumbuhan kita taruh di saham. Tapi ada beberapa yang butuh fixed income dari kupon dari governance bonds sudah pasti," ucapnya.

Sementara itu, dari sisi usia, untuk investor yang akan pensiun harus siap untuk kehilangan pemasukan. Dia menyarankan, uang yang terbatas dari hasil pensiun, tidak ditaruh semua di saham. Menurutnya hal tersebut akan berbahaya.

"Tetapi kalau mau main saham, berarti kita sudah siap dengan risikonya. Misalnya anak-anak muda pasti profil risikonya lebih tinggi lah ya, itu boleh dicoba di saham. Jadi sangat tergantung pada situasi dan life stage-nya," kata dia.

Yovvy melanjutkan, saat ini Bank Central Asia (BCA) menemani nasabah yang membutuhkan investasi melalui Welma BCA. Setiap bulan, BCA akan memperbarui pandangan terhadap market, sehingga investor mendapatkan kabar terbaru untuk menentukan investasinya.

"Kita bisa melihat kondisi portofolio kita seperti apa, kondisi market, dan kita bisa membuat keputusan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper