Bisnis.com, JAKARTA – JPMorgan Chase & Co. menilai fase aksi jual atau deleveraging dalam aset kripto saat ini berada pada posisi yang tinggi dan kemungkinan tidak bertahan lama.
Mengutip Bloomberg, Kamis (30/6/2022), ahli strategi JPMorgan Nikolaos Panigirtzoglou menyatakan dalam risetnya kegagalan beberapa perusahaan kripto seharusnya tidak mengejutkan. Ini mengingat penurunan harga yang besar pada aset kripto, dan perusahaan yang banyak membeli aset kripto pada masa lalu adalah yang paling rentan.
“Krisis likuiditas di hedge fund Three Arrows Capital adalah manifestasi dari proses deleveraging ini,” katanya
Menurutnya, siklus deleveraging saat ini mungkin tidak terlalu berlarut-larut, mengingat fakta bahwa entitas kripto dengan neraca yang lebih kuat saat ini melangkah untuk membantu menahan kejatuhan. Selain itu, ada juga bantuan pendanaan dari modal ventura.
“Sumber modal yang penting untuk ekosistem kripto, berlanjut dengan kecepatan yang sehat pada Mei dan Juni 2022,” ungkapnya.
Ekosistem kripto telah mengalami sejumlah ledakan dan pukulan keras dalam beberapa bulan terakhir. Total kapitalisasi pasar turun menjadi sekitar US$930 miliar pada Kamis, menurut daya CoinGecko, setelah melampaui kapitalisasi US$3 triliun pada November 2021.
Baca Juga
Runtuhnya ekosistem Terra/Luna pada Mei 2022, ditambah kegagalan Three Arrows Capital dan pembekuan penarikan oleh pemberi pinjaman seperti Celsius Network adalah sinyal celaka pada industri kripto.
Kendati demikian, platform pertukaran kripto FTX, misalnya, telah memberikan jalur kredit ke beberapa perusahaan dan dilaporkan sedang mempertimbangkan akuisisi. Upaya penggalangan dana dari modal ventura terus berlanjut, seperti perusahaan data Kaiko yang mengumpulkan US$53 juta pada minggu ini.
Menurut analis JPMorgan, sebagian besar masalah mungkin sudah di belakang kripto sekarang. Indikator seperti metrik leverage bersih perusahaan kripto menunjukkan bahwa deleveraging sudah maju dengan baik.