Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan Grup Rajawali, PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) belum berencana untuk menyesuaikan kembali target produksi logam mulia mereka di tengah menguatnya harga komoditas emas setelah rencana negara kelompok G7 menghentikan impor dari Rusia.
Sekretaris Perusahaan Archi Indonesia Harry Margatan mengatakan target produksi serta belanja modal ARCI masih mengacu pada rencana kerja di awal tahun ini. Kendati harga di pasar dunia tinggi, pihaknya masih menunggu perkembangan lebih lanjut ihwal pergerakan komoditas itu ke depan.
“Terikait dengan target produksi dan CAPEX masih sesuai dengan apa yang telah kita sampaikan di paparan publik kami sebelumnya,” kata Harry melalui pesan singkat, Senin (27/6/2022).
Penguatan harga emas itu, kata Harry, relatif berdampak pada sisi nilai penjualan perseroan. Hanya saja, tren penjualan itu mesti mengikuti jumlah produksi emas dari sejumlah pit milik perseroan. ARCI mengemukakan siap beroperasi dengan kapasitas lebih besar tahun ini hingga 4 juta ton per tahun.
“Penguatan harga emas pastinya akan berpengaruh terhadap penjualan perseroan, namun penjualan tersebut juga tergantung dengan produksi perseroan di mana targetnya telah disampaikan sebelumnya,” kata dia.
ARCI menargetkan anggaran belanja modal tahun ini sekitar US$40 juta – US$50 juta. Direktur Keuangan Archi Indonesia Hidayat Triputro mengatakan belanja modal tahun ini untuk melanjutkan lagi kegiatan penambangan dan memperbaiki pit yang terdampak bencana alam, Pit Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
Baca Juga
Dari sisi target pendapatan dan laba, ARCI masih dalam proses penghitungan. Namun, dengan adanya kerusakan pit TTN, produksi diperkirakan mengalami penurunan hingga 25 persen.
“Karena ada bencana alam di salah satu pit yang punya high grade sehingga produksi turun 25 persen. Memang akan berdampak pada laba dan pendapatan perusahaan. Tapi harga emas mengalami peningkatan,” ujar Direktur Utama Archi Rudy Suhendra, dalam konferensi pers, Selasa (26/4/2022).
Seperti diberitakan sebelumnya, harga emas bergerak menguat pada awal perdagangan Senin (27/6/2022) setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, dan Kanada berencana mengumumkan larangan impor emas dari Rusia dalam KTT G7 di Jerman.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka Comex untuk kontrak Agustus 2022 terpantau menguat 0,21 persen atau 3,8 poin ke level US$1.834,10 per troy ounce pada pukul 06.48 WIB. Sementara itu, harga emas di pasar spot terpantau menguat 0,23 persen atau 4,15 poin ke level US$1.831,03 per troy ounce pada pukul 06.59 WIB.
Dalam sebuah pernyataan oleh Pemerintah Inggris, tindakan ini akan memiliki dampak secara global sehingga menghalangi celah bagi Presiden Rusia Vladimir Putin meraih dana. Pengiriman emas antara Rusia dan London merosot menjadi hampir nol sejak negara-negara Barat memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
“Keputusan ini merupakan tindakan formal yang melanjutkan apa yang telah dilakukan industri emas,” kata kepala penelitian broker BullionVault Adrian Ash, dikutip Bloomberg, Senin (27/6/2022).