Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas menguat tipis pada perdagangan Jumat (24/6/2022) setelah dolar AS melemah karena sentimen risiko menekan permintaan terhadap mata uang safe haven dan memberikan dukungan terhadap logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange ditutup menguat 0,5 poin atau 0,03 persen ke US$1.830,30 per troy ounce. Namun untuk pekan ini, kontrak emas berjangka turun 0,6 persen, mengikuti kerugian minggu sebelumnya sebesar 1,9 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS ditutup melemah 0,246 poin atau 0,24 persen ke level 104,185 pada Jumat.
Emas diperdagangkan di kisaran ketat di level pertengahan US$1.800 di tengah pengamatan tajam pada pergerakan suku bunga Federal Reserve berikutnya, karena inflasi AS hampir tidak beranjak dari level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
"Emas tetap terperangkap dalam kisaran ketat karena para pelaku pasar menantikan apakah laporan inflasi terbaru akan memaksa The Fed untuk berkomitmen pada kenaikan suku bunga yang lebih besar di setelah Juli," kata analis di platform perdagangan online OANDA Edward Moya, dilansir Antara, Sabtu (25/6/2022).
Baca Juga
Pasar saham hingga obligasi dan minyak telah digerogoti oleh volatilitas dalam dua pekan terakhir karena investor menantikan apakah The Fed akan melaksanakan ancamannya untuk memaksakan kenaikan suku bunga paling agresif dalam satu generasi pada konsumen AS, dalam upayanya untuk menggagalkan peningkatan inflasi tertinggi sejak awal 1980-an.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Jumat (24/6/2022) beragam. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan (UM) turun menjadi 50,0 dalam survei Juni 2022, dari 58,4 pada Mei dan di bawah 85,5 pada Juni lalu, memberikan dukungan terhadap emas.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah baru AS melonjak 10,7 persen ke tingkat tahunan 696.000, disesuaikan secara musiman, memulihkan sebagian besar penurunan tajam pada April.
Berbicara pada Jumat (24/6/2022) selama diskusi panel tentang bank sentral dan inflasi yang diselenggarakan oleh UBS di Zurich, Swiss, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan kenaikan suku bunga yang cepat sekarang adalah cara terbaik untuk menghindari resesi nanti.