Bisnis.com, JAKARTA — Emiten manufaktur emas PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) berencana melakukan pembelian kembali atau buyback saham.
CFO Hartadinata Abadi Ong Deny mengatakan bahwa mempertimbangkan valuasi harga saham HRTA saat ini yang undervalue, perusahaan sedang mempertimbangkan buyback saham.
"Untuk buyback saham perusahaan kami ada agenda," ungkapnya dalam paparan publik, Rabu (22/6/2022).
Pada perdagangan Kamis (23/6/2022), harga saham HRTA stagnan di posisi 212. Harga tersebut juga tak bergerak sepanjang tahun berjalan atau year to date.
Sementara itu, dibandingkan dengan setahun lalu (year on year) harga saham HRTA tumbuh 2,91 persen. Hari ini, saham HRTA juga tercatat dilego asing senilai Rp9,84 juta.
Pada kuartal I/ 2022, Hartadinata Abadi mencatatkan pendapatan kotor sebesar Rp153,71 milliar, bertumbuh sebesar 39,67 persen dibandingkan kuartal I/ 2021 sebesar Rp110,05 milliar.
Sedangkan laba bersih atau net income yang dicatatkan oleh Hartadinata Abadi pada kuartal I/2022 adalah sebesar Rp50,68 milliar. Angka ini meningkat 19,28 persen dibandingkan kuartal I/2021 sebesar Rp42,49 milliar.
Selama kuartal pertama tahun ini, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan perseroan. Total pendapatan yang dicatatkan emiten bersandi HRTA ini pada kuartal I/2022 adalah Rp1,38 trilliun, meningkat 32,78 persen dibanding kuartal I/2021 yang mencatatkan Rp1,04 trilliun.
“Selama kuartal pertama 2022, hasil penjualan kepada pihak wholesaler memberikan kontribusi sebesar 89,81 persen dan dari toko milik sendiri serta imbalan kemitraan sebesar 8,92 persen. Selain dari itu adanya tambahan pendapatan dari hasil usaha pegadaian sebesar 1,26 persen,” ungkap Ong Deny, Chief Financial Officer HRTA.
Baca Juga
Sepanjang 2022, HRTA sudah membuka setidaknya 10 gerai Hartadinata Abadi Store, dan menargetkan untuk memiliki 82 toko emas di bawah jaringan HRTA, baik yang dibuka sendiri oleh perseroan, dari investor atau bersifat kemitraan.
Melihat prospek harga emas ke depan, Ong mengatakan pasar emas terlihat masih stabil dengan harga di kisaran US$1.800 per troy ons.
“Kami lihat posisi harga ini cukup baik untuk kinerja perseroan. Ke depan diprediksi melonjak seiring dengan inflasi, kami perlu perkuat bahan baku dan bahan jadi,” ungkapnya.
Deny menambahkan, untuk gambaran kinerja kuartal kedua, HRTA mencatatkan kinerja positif baik di topline dan bottom line masih tumbuh double digit.