Bisnis.com, JAKARTA - Ibadah haji tidak hanya memerlukan persiapan yang matang pada sisi keniatan hati, tetapi juga dari perencanaan keuangan yang optimal.
Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dalam keterangan tertulis pada Sabtu (18/6/2022) mengatakan, persiapan keuangan pada masa awal sangat penting, karena untuk mendapatkan nomor antrian keberangkatan harus ada setoran awal yang wajib dibayarkan.
Biaya haji regular yang ditetapkan oleh pemerintah untuk 2022 berkisar antara total Rp35 juta hingga Rp42 juta yang dibagi dalam dua termin pembayaran. Setoran pertama sebesar Rp 25 juta untuk mendapatkan nomor antrian, dan setoran kedua atau pelunasan dari sisanya saat sudah mendapatkan kepastian keberangkatan. Pada haji khusus dan haji furoda, biaya yang dibutuhkan jauh di atas angka tersebut.
Selain itu, calon jemaah haji juga harus mempertimbangkan faktor inflasi. Jelang keberangkatan, dana yang harus dilunasi mungkin sudah di atas Rp10 juta.
Dimas mengatakan, inflasi harga bahan bakar pesawat, hotel, perbedaan kurs mata uang dolar AS maupun riyal Saudi Arabia, dan lain sebagainya akan ikut meningkatkan biaya haji. Selain itu juga perlu dialokasikan dana untuk pembuatan paspor, vaksin meningitis, serta jika dibutuhkan untuk suvenir atau oleh-oleh maupun uang jajan selama di sana.
Dimas memaparkan, agar dana haji dapat terkumpul sesuai waktu yang diharapkan dan jumlah yang dibutuhkan, investor harus mengisi pos dana haji secara disiplin dan rutin.
Baca Juga
"Atur ulang prioritas keuangan. Jika pendapatan tidak bisa ditambah, maka pengeluaran harus dikurangi. Pilih pos-pos pengeluaran yang masih bisa dihemat, misalnya pos hiburan. Kurangi biaya atau frekuensi makan di luar rumah serta lebih selektif dan irit dalam melakukan pembelanjaan," jelasnya
Mengingat masa tunggu yang cukup panjang pada haji regular dan haji khusus, Dimas mengimbau investor untuk tidak membiarkan uang 'tidur" di rekening tabungan dan tergerus inflasi.
Menurutnya, reksa dana dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menyimpan dan mengembangkan pos dana haji. Ia menyarankan calon haji untuk mendiversifikasi pada beragam jenis reksa dana, mulai dari reksa dana pasar uang yang memiliki risiko relatif rendah, reksa dana pendapatan tetap dengan risiko yang sedang, hingga reksa dana saham yang memiliki risiko tinggi.
"Jika waktu persiapan yang dimiliki cukup singkat, sekitar 1-2 tahun, simpan di instrumen dengan risiko yang relatif rendah. Jika masih sangat panjang, di atas 10 tahun, silakan perbanyak porsi di reksa dana saham," imbuhnya.
Ia menambahkan, ibadah haji memerlukan kondisi fisik yang prima. Persiapan keuangan yang baik memungkinkan calon haji berangkat selagi fisik masih sehat dan prima.
"Saat kita mendapatkan kesempatan berangkat yang lebih cepat dari waktu perkiraan, saat itu pula kita sudah memiliki dana untuk pelunasan biayanya," pungkasnya.