Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten properti, PT Saraswanti Indoland Development Tbk. (SWID) mengalami penurunan kinerja pada tahun 2021 karena penjualan apartemen menurun.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2019, kinerja perusahaan di tahun 2021 masih lebih tinggi baik dari sisi pendapatan usaha maupun laba tahun berjalan.
Berdasarkan prospektus di laman e-ipo, SWID melaporkan per 31 Desember 2021, pendapatan usahanya mengalami penurunan sebesar 16,89 persen dari Rp153,14 miliar pada akhir tahun 2020 menjadi Rp127,28 miliar.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan tahun 2019, yang mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp105,71 miliar, pendapatan tahun 2021 masih lebih tinggi.
Adapun manajemen Saraswanti Indoland menyampaikan penurunan pendapatan pada tahun 2021 dikarenakan menurunnya penjualan apartemen.
“Hal ini terutama dikarenakan menurunnya penjualan apartemen, sedangkan pendapatan usaha hotel sebenarnya justru mengalami kenaikan yang disebabkan oleh mulai meningkatnya operasional hotel seiring dengan menurunnya dampak pandemi terutama dari bulan September s/d Desember 2021,” tulis manajemen Saraswanti Indoland dalam prospektus, dikutip Jumat (17/6/2022).
Baca Juga
SWID menjelaskan, pada tahun 2020 dan 2021 terdapat satu proyek apartemen Yudhistira dengan total 473 unit. Di mana pengakuan penjualan atas unit tersebut sebagian besar dilakukan pada tahun 2020 yaitu 234 unit dan pada tahun 2021 sebesar 147 unit. Sisa sebanyak 92 unit akan diakui sebagai pendapatan di tahun-tahun berikutnya.
Dengan menurunnya pendapatan pada tahun 2021, laba tahun berjalan perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 53,85 persen dari Rp44,28 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp20,44 miliar. Sementara pada tahun 2019, laba tahun berjalan perusahaan tercatat sebesar Rp5,68 miliar.
Di tahun 2021, perseroan tercatat melakukan dividen sebesar Rp677,89 per saham. Sementara di tahun 2020 maupun 2019, tidak membagikan dividen.
Di sisi lain, total aset Saraswanti Indoland dari tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan dari Rp303,37 miliar pada tahun 2019, lalu turun menjadi Rp284,89 miliar di tahun 2020, dan pada tahun 2021 kembali turun menjadi Rp266,57 miliar.
Total liabilitas perusahaan juga turut mengalami penurunan dari tahun ke tahun dari Rp246,49 miliar di 2019, turun menjadi Rp183,68 miliar di tahun 2020, dan kembali turun di tahun 2021 menjadi Rp143,77 miliar.
Sebaliknya, untuk total ekuitas justru mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu dari Rp56,88 miliar di 2019, naik menjadi Rp101,22 miliar di 2020, dan naik lagi menjadi Rp122,81 miliar di tahun 2021.
Manajemen menjelaskan, terdapat empat faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja perseroan yaitu bergantung pada kondisi pasar yang didalamnya meliputi kondisi ekonomi Indonesia termasuk pada tren harga pasar.
Faktor berikutnya adalah pendapatan, kemudian biaya pengembangan, dan juga waktu penyelesaian proyek karena hal tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha utama perusahaan yaitu pengembangan dan penjualan apartemen serta kepemilikan dan pengelolaan dari properti ritel dan hotel.
Adapun Saraswanti Indoland Development akan memulai proses penawaran umum saham perdana atau IPO dengan rentang harga penawaran Rp180-Rp200 dengan melepas 340 juta saham atau 6,31 persen dari total saham yang dicatatkan dalam IPO.
Dengan demikian, SWID berpotensi meraih dana IPO sekitar Rp61,2 miliar - Rp68 miliar.