Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Emiten Grup Saratoga, Provident Agro (PALM) Rp0, Kok Bisa?

Emiten Grup Saratoga, PT Provident Agro Tbk. (PALM) kehilangan pendapatan pada kuartal I/2022, tetapi masih mencatatkan laba.
Presiden Direktur PT Provident Agro Tbk. Tri Boewono (kiri) didampingi Direktur Budianto Purwahjo memberikan keterangan pada paparan publik di Jakarta, Rabu (26/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Presiden Direktur PT Provident Agro Tbk. Tri Boewono (kiri) didampingi Direktur Budianto Purwahjo memberikan keterangan pada paparan publik di Jakarta, Rabu (26/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Saratoga, PT Provident Agro Tbk. (PALM) kehilangan pendapatan pada kuartal I/2022, tetapi masih mencatatkan laba.

Pendapatan Rp0 sendiri sebelumnya sudah diperkirakan lantaran perusahaan telah menjual 100 persen saham anak usahanya untuk menyiapkan perpindahan kegiatan usaha.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan dan entitas anak per 31 Maret 2022 dikutip pada Kamis (16/6/2022), emiten dengan kode PALM tersebut tidak memiliki pendapatan pada kuartal I/2022.

Sementara pada periode yang sama di tahun sebelumnya pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp66,65 miliar. Perseroan yang telah tercatat di bursa semenjak Oktober 2012 tersebut tidak melakukan penjualan minyak kelapa sawit maupun inti sawit pada tiga bulan pertama tahun ini.

Oleh sebab itu, tidak terdapat transaksi penjualan pada PT Multimas Nabati Asahan, PT Wilmar Nabati Indonesia, dan juga PT Usaha Inti Padang pada kuartal ini sementara pada kuartal I/2021 lalu terdapat transaksi penjualan pada tiga perusahaan tersebut.

Di sisi lain, perseroan berbalik mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp886,01 miliar pada kuartal I/2022. Sedangkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya rugi sebesar Rp363,49 miliar.

Laba yang diperoleh perseroan tersebut, berasal dari pendapatan bersih lain-lain sebesar Rp891,04 miliar. adapun , jika dirinci pendapatan lain-lain tersebut berasal dari perubahan nilai wajar investasi pada instrumen ekuitas sebesar Rp889,75 miliar yang di periode sama tahun sebelumnya tidak ada.

Kemudian pendapatan lain-lain juga berasal dari pendapatan bunga sebanyak Rp976,65 juta dan laba selisih kurs bersih sebesar Rp315 juta.

Jika dilihat dari empat tahun terakhir, laba perseroan di kuartal ini merupakan laba tertinggi, walaupun pendapatan perseroan dari 2019 hingga tahun 2021 terus mengalami  kenaikan.

Pada kuartal I/2019, PALM mencatatkan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp19,53 miliar, kemudian di kuartal I/2020 berbalik laba sebesar Rp10,14 miliar, dan pada kuartal I/2022 kembali rugi lebih dalam sebesar Rp363,49 miliar.

Sementara itu, total aset perseroan tercatat bertambah jika dibandingkan laporan tutup buku 2021, dari Rp5,87 triliun menjadi Rp6,45 triliun.

Kenaikan tersebut juga dialami total ekuitas dari Rp5,83 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp6,41 triliun per 31 Maret 2022. Di sisi lain, total liabilitas perseroan tercatat turun tipis dari Rp39,99 miliar menjadi Rp39,34 miliar.

Sebelumnya pada akhir tahun lalu, PALM melaporkan telah menyelesaikan penjualan seluruh saham yang dimiliki PALM pada PT Mutiara Agam atau MAG dengan harga jual saham sebesar Rp354,49 miliar.

Direktur Provident Agro Devin Antonio Ridwan mengatakan, setelah penjualan ini rampung, perseroan sedang mempersiapkan proses untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sehubungan dengan rencana PALM untuk melakukan perubahan kegiatan usaha dari sebelumnya perkebunan.

“Saat ini kami sedang fokus mengurus proses-proses untuk memindahkan kegiatan usaha PALM menjadi bisnis investasi,” jelasnya dalam paparan publik perusahaan, Rabu (1/12/2021).

Devin mengatakan, perpindahan bisnis ini mulai dilakukan sejak beberapa tahun belakangan. Ia menjelaskan, selama 2 tahun ke belakang, dana yang dimiliki PALM diinvestasikan pada sejumlah saham, seperti pada sektor pertambangan.

Ia mengatakan, perusahaan tengah melakukan studi kelayakan untuk berpindah ke sektor usaha lain. Proses ini umumnya akan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper