Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve berencana meningkatkan suku bunga secara agresif tahun ini. Dengan rencana tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan tidak khawatir mengenai dana investor asing yang keluar dari dalam negeri.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I OJK Djustini Septiana menuturkan, kebijakan The Fed meningkatkan suku bunga secara agresif membuat regulator khawatir akan tingginya uang yang keluar dari investor asing akan mempengaruhi pasar modal Indonesia akibat turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Tetapi faktanya, dapat kita lihat dengan tumbuhnya investor lokal, domestik yang didominasi milenial, ternyata kekhawatiran itu tidak terlalu terjadi. Ada penurunan, tapi diserap kembali investor lokal," ucap Djustini, dalam media briefing OJK, Selasa (14/6/2022).
Dengan demikian, lanjutnya, kekhawatiran kejatuhan indeks bisa tertahan dan bahkan indeks tetap melanju dalam tren positif. Meski demikian, Djustini melihat peningkatan suku bunga The Fed akan membawa risiko di dalam negeri.
"Dalam konteks ini tidak hanya pasar modal, kita bersama-sama di OJK dan perbankan, akan membuat kebijakan bersama bagaimana caranya [meminimalkan] risiko ekonomi Indonesia yang terdampak kebijakan The Fed," ucapnya.
Dia melanjutkan, di pasar modal, kebijakan OJK tidak akan jauh berbeda saat mengantisipasi pandemi. OJK akan membuat kebijakan relaksasi dan melakukan sosialisasi ke masyarakat, untuk mempertahankan ekonomi Indonesia.
Baca Juga
Kebijakan tersebut diharapkan dapat membuat uang masyarakat yang menganggur dapat ditanam di pasar modal. Dengan demikian, produktivitas ekonomi Indonesia tetap terjaga karena adanya modal dari Indonesia sendiri, tanpa ketergantungan internasional.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) Rp70,05 triliun per Senin (13/6/2022) atau sepanjang tahun berjalan. IHSG yang naik 6,29 persen secara year to date (ytd) juga menjadi bursa terbaik di Asia Tenggara.